Begitupun pada jiwa raga, saat kurang sehat, maka makanlah yang bernutrisi untuk menyuplai asupan supaya raga kembali sehat.
Akan tetapi, di saat raga sehat, baiknya makan sesuai waktu serta porsinya. Sebagai contoh sebelum aktivitas baiknya sarapan serta minum secukupnya.Â
Meskipun ada kalanya kita menyantap santapan lain, namun seperlunya. Tidak boleh berlebihan dan membuat makanan tidak habis (terbuang sia-sia).
Selain pesan di atas, bapak juga mengajarkan beberapa hal dalam kehidupan. Salah satunya untuk memperbanyak tirakat.
Apakah Tirakat itu?
Sebagaimana dilansir oleh portalsulut.com-Tirakat adalah suatu upaya spiritual seseorang dalam bentuk keprihatinan jiwa dan badan(raga). Guna mencapai sesuatu dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Baik berupa perilaku, hati dan pikiran. Salah satu yang dilakukan dalam tirakat adalah berpuasa.
Beragam puasa sunah yang diajarkan kala itu, ada 2 yang saya jalankan hingga saat ini. Yakni, puasa Senin-Kamis, puasa 3 hari berturut-turut(ayyamul bidh) dan insyaa Allah akan ditambah dengan puasa sunah lainnya.
Selain tirakat, bapak juga mengajarkan untuk lung-tinulung sakpodho-padhane.
Lung-tinulung sak podho padhane di sini memiliki arti[saling tolong menolong kepada sesamat umat]
***
Penggalan filsafat Jawa yang diajarkan bapak(sekarang almarhum) sangat berarti. Bahkan memiliki makna yang mendalam. Perubahan itu pasti dan akan saya jalani hingga akhir hayat nanti.