Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Begini Cara Saya Membimbing Anak Mengelola Uang THR

13 Mei 2022   11:58 Diperbarui: 16 Mei 2022   04:58 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tunjangan hari raya(THR) bukan hanya milik orang dewasa yang sudah bekerja. Namun balita pun berhak menyandang predikat tersebut di hari lebaran.

Sebagian orang mengatakan, hari raya Idul Fitri merupakan lebaran-nya anak-anak. Sebab, mereka mendapatkan penghasilan dadakan( yakni uang fitrah) pemberian kerabat lebih populer dengan sebutan THR.

Fitrah adalah, uang yang diberikan orang tua kepada anak-anak di hari raya. Sependek ingatan saya, tradisi tersebut sudah turun temurun di tempat kami. Bahkan, penulis masih ingat ketika diberi THR receh oleh seorang nenek semasa kanak.

Di keluarga saya, ibu merupakan saudara tertua yang masih sugeng(hidup) beliau selalu dikunjungi kerabat yang weweh dari keluarga almarhum bapak.

Baca juga: "Mudik Lebaran 2022|| Nuansa Indah di Malam Takbir hingga Hari Raya Tiba"


Nah, sebagai imbal balik, ibu memberi uang kepada yang weweh dengan sebutan 'iki syarat fitrahe' begitu juga kepada anak kerabat.

Setiap lebaran, saya memberi  sejumlah uang receh terbaru atau keluaran lama, tetapi kondisi baru kepada ibu.

Pecahan terdiri dari warna abu, cokelat, ungu, hijau, biru dan pecis merah. Biasanya ibu memberi THR nominalnya berbeda-beda, tergantung siapa yang diberi.

Misal cucunya diberi pecis merah, yang weweh warna biru atau dua lembar hijau dan ungu. Sedangkan anak tetangga berwarna ungu, bisa juga lembaran lain namun nominal setara.

***

Sewaktu usia 1 tahun, anak saya menyukai musik (radio dan piano) Suami pun membawakan radio milik almarhum bapak mertua.

Sedangkan piano, kami membelikan yang murah. Setelah umur 2,5 sampai 3 tahun, selain piano kesukaannya bertambah (mobil remot). 

Mengingat kedua permainan sangat bermanfaat, maka saya membelikan secara bertahap.

Menurut Psikolog Universitas of Zurich, Swiss, Lutz Janke, saat anak belajar bermain  musik (piano) barang tersebut bukan hanya sekadar alat musik semata, namun ada manfaatnya yakni; bisa meningkatkan kecerdasan otak.

Sedangkan manfaat bermain mobil remot adalah meningkatkan ketrampilan tangan serta motorik halus dan melatih kesabaran.


***

Saat duduk di bangku SD, Naknang sudah mengenal gadget. Seringnya melihat hp yang saya gunakan untuk bekerja, ia pun meniru. Dengan meminjam perangkat tersebut guna mencari permainan yang mengasah otak.

Foto alat musik Ketipung dan Jimbe milik Naknang. Dokumen yuliyanti
Foto alat musik Ketipung dan Jimbe milik Naknang. Dokumen yuliyanti

Beberapa penelusuran terkait alat musik, yakni; Drum band, Kendang, Ketipung dan djimbe.

Semenjak balita, anak saya sudah menunjukan bakat. Ditandai dengan jemari sering mengetuk punggung orang yang menggendong secara bergantian. Layaknya sedang bermain musik.

Saat SD, ia selalu memukul kaleng roti kosong menggunakan sumpit layaknya bermain drum-band begitu lincah dengan nada, pas.

Sebagai orang tua kami membelikan Kendang serta Ketipung supaya bakat tersalurkan. Baru kemudian Jimbe. Sedangkan alat musik Drum Band belum pernah kami belikan hingga kelas 7.


Meski begitu, saat masih duduk di bangku SD, sekolahnya mengadakan karnaval. Bu Guru wali kelas melibatkan segenap siswa untuk unjuk kebolehan terkait pawai.

Snare Drum ditawarkan kepada Naknang, ia bersedia. Bu Guru takjub melihat sesi pelatihan ia sudah piawai. Rasa penasaran pun menelisik.
 
"Mas, di rumah punya alak musik drum ya, kok udah bagus banget cara mainnya?"

 Tanpa pikir panjang, dia menjawab "Tidak Bu Guru. Saya belajar dari Hp, kok."

***

Semenjak balita, tiap lebaran Naknang selalu mendapat THR. Selain dari neneknya, ia pun mendapat Fitrah dari pakde-bude, om, tante, serta kerabat dekat.

          Berapakah ia mendapatkan THR?

Berapapun nominalnya, rasanya tidak etis bila saya sebutkan. Yang jelas berapapun jumlahnya, itu rezeki dan hak anak. Jadi untuk keperluannya.

Setelah ia besar orang tua perlu mengarahkan agar anak mengelola uang THR dengan benar dan berkah. 

Ada 3 cara saya membimbing anak kelola uang THR.

1.Bersedekah

Ketika mendapat rezeki, sisihkan 2,5 persen untuk sedekah. Mengajarkan berbuat baik sejak dini kepada anak bakal menjadi pondasi fundamental supaya mempunyai sifat dermawan.

 2. Membeli Keperluan Anak Dengan Uang THR


Saat anak mendapatkan uang pasti Review Mainan Anak menggunakan uangnya. Saya pribadi tidak melarang selagi barang tersebut bermanfaat untuk tumbuh kembang anak.

3. Menabung Dasar Pendidikan Mengolah Uang Pada Anak.

Semenjak beli hp baru beberapa tahun lalu hingga saat ini, Naknang tak lagi ingin ganti gadget baru. Namun keinginan membeli motor begitu menggebu.

Hal ini kami belum mengizinkan, terkait umur. Meski kecewa, ia mengerti juga. Lantas memutuskan menyimpan uang THR sendiri.

Foto 3 buku tabungan keluarga di komunitas Ibu-ibu RT. Foto yuliyanti
Foto 3 buku tabungan keluarga di komunitas Ibu-ibu RT. Foto yuliyanti

Saya memberi gambaran, "Le, uangmu seratus ribu, bila disimpan dalam dompet sampai lebaran depan, nilainya tidak akan bertambah."

"Tetapi bila ditabung lagi, maka nominalnya bisa bertambah jadi 110.000! Nah, kamu pilih mana?"  

"Ditabung aja!" Jawabnya sambil menyodorkan uang THR dan tabungan lama.

Begitulah tips sederhana membimbing anak kelola uang THR dengan baik. Poin 1 dan 3 sangat penting untuk anak.

Bagaimana dengan Anda?

Sumber bacaan 1, 2

#Artikelyuliyanti
#TopikpilihanReviewMainanBaru

#Tulisanke-314
#Klaten, 13 Mei 2022
#MenulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun