Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Puisi

PUISI || Merdu Kicaumu Berlalu

11 Mei 2022   14:33 Diperbarui: 13 Mei 2022   12:27 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murai piaraan suami ketika sembuh dari sakit saraf (kejang), 21 Februari 2022 (Dokpri)

Kecemasanku pada akhirnya terjadi
Setelah sekian hari keceriaanmu pergi
Meski segenap cara kutempuh
Sukma tak lagi terengkuh

Pada akhirnya kau tarik napas penghabisan
Pergimu tinggalkan sederet kenangan.
Bahkan, jadi pelipur dengan cuitan
Saat berdendang berselimut kemerduan

Begitulah garis takdirmu
Kepergianmu menyisakan pilu
Pelipur lelahku pergi tak kembali
Kicaumu tak lagi menghiasi

Ketika raga payah hanya mengenang pasrah
Tiada lagi lautan kegembiraan
Bentangan kepak sayap iringi nyanyian
Hilang. Merdu berlalu di belahan waktu

Pada akhirnya kau benar-benar pergi Menghadap Illahi pemberi sukma ini
Di bawah pelepah pisang tempat terakhir persemayaman
Aku hanya bisa mengucap selamat jalan

Foto Burung Murai saat menghembuskan napas terkhir, dan tempat pemakaman. Dokumen yuliyanti
Foto Burung Murai saat menghembuskan napas terkhir, dan tempat pemakaman. Dokumen yuliyanti

Terima kasih telah berbagi keceriaan
Dalam bentangan waktu yang lalu
Kini ragamu telah terbujur kaku
Dalam persinggahan panjangmu
Di bawah pelepah pisang kulantunkan doaku

***

Puisi di atas tentang burung murai piaraan suami yang tak lagi mau dipiara.

Kata orang, penyakit yang sering menyerang murai adalah (saraf) kemarin lusa kambuh untuk kedua kalinya, hingga membuat meregang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun