"Moso, tipine murup dewe. Lha mau wis tak pateni kok."(masa tv nyala sendiri. Lha tadi sudah saya matikan, kok).
Merasa sudah mematikan tv, saya kembali membaringkan badan, seakan tidak peduli dengan suara yang begitu keras.
Namun, belum lima menit berlalu bukannya semakin jauh suara itu, malah makin kencang dan membuat saya tidak nyaman.
Jelas saya kaget, ada rasa ngeri-ngeri sedap kala itu, beberapa praduka terlintas dalam benak.Â
Tetapi, saya tepis. Dengan mengumpulkan segenap keberanian saya menuju ruang belakang.
Dan...ya, Allah. Benar. Televisi nyala sendiri, volumenya pun di luar batas tingkatan pada saat saya menyalakan. Persis kisah mistis dalam sinetron
Saya edarkan mata  menyapu segenap ruangan, termasuk tetapi tiada siapa pun di sana.
Saya sempat berpikir;  apa saat siang hari ada salah satu anggota saya yang menyalakan tv terlalu keras, ya? Sehingga penunggu tempat tersebut membalasnya. Karena selama tujuh tahun kontrak, baru kali ini  nemui hal janggal. Kalau semacam pasir atau kerikil seowrti ditabur di atas gebteng, itu sering. Tau ah, gumam saya dalam hati.
Rasa 'tidak nyaman' membuat bulu tengkuk dan tangan merinding. Seketika saya meraih remot tv lalu menekan tombol of.
elanjutnya membawa perangkat tersebut ke kamar sambil menutup kedua pintu rapat-rapat.
Meski ada rasa takut mengganjal namun, saya beranikan diri untuk kembali tidur berselimut doa pendek dan dzikir malam.
