Hampir semua ummat muslim di dunia memperingati Maulid Nabi, yaitu kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yang jatuh pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal(kalender Hijriyah), bertepatan pada hari selasa 19 Oktober 2021 pada kalender Masehi.
Bagi ummat muslim, memperingati Maulid Nabi merupakan ungkapan rasa cinta dan hormat sebagai pengingat akan kebesaran dan keteladanan Rasulullah SAW.
Sebagai muslim kita sepatutnya meneladani sifat-sifat, perilaku dan tutur kata Nabi Muhammad SAW.
Salah satu sifatnya yang amat dikagumi sejak remaja, hingga membuat kaum Quraisy memberikan gelar "Al Amiin"(orang yang dapat dipercaya) karena sifat jujur dan lurus dalam keseharian maupun dunia usaha.
Selain menyebarkan ajaran agama islam, Rasulullah juga dikenal sebagai pebisnis yang memiliki nilai-nilai kejujuran dan dapat dipercaya.
Sebagai pedagang, Rasulullah SAW sangat amanah, jujur, profesional, namun gigih dalam menjalankan kegiatan usahanya. Beliau tidak mengurangi hak orang orang lain dan berpegang teguh dalam tuntunan Al-Qur' an.
Sebagaimana Allah Subhaanahu Wa Ta'alaa sampaikan dalam firman-Nya: Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.
Sempurnakanlah takaran timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman. (QS. Al A'raf ayat 85)
Kejujuran kunci dari kesuksesan
Melansir dari ekonomy.okezone.com- Sebagai muslim, kita sepatutnya meneladani sifat Nabi. Meski belum sepenuhnya bisa, setidaknya mencontoh salah satu perilaku Nabi dan dijadikan pedoman hidup.
Misalnya dalam dunia usaha; Supaya Harta Hasil Berdagang Jadi Melimpah nan Berkah ala Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW merupakan sosok yang jujur dan dapat dipercaya, dalam berbisnis, beliau selalu menepati janjinya.
Begitu pula dalam menyerahkan atau mengirimkan barang sesuai pesanan selalu tepat waktu. Pula mengutamakan kualitas barang yang telah dipesan dan disepakati sebelumnya.
***
Begitupun dalam kehidupan sehari-hari, saat beraktifitas/berbisnis kita tak luput dari berbagai masalah.
Dalam berinteraksi, terkadang masalah datangnya dari orang terdekat. Namun tidak menutup kemungkinan, hadirnya di luar jangkauan kita.
Sebagai pedagang kita harus menjaga nama baik toko dan kualitas barang dagangan, serta membuat senang dan nyaman para pelanggan.
Seperti halnya beberapa hari yang lalu, ada seseorang memesan satu macam barang di toko kami jumlahnya cukup banyak.
Sedangkan di gudang hanya tersisa 7 rol permadani, itu pun sesuai stok yang berjalan. Setiap saat ada yang membeli karena barang tersebut laku keras di toko kami.
Setiap bulan rata-rata toko menghabiskan 40 hingga 50 rol. Sebenarnya saya sudah mengirimkan PO(pesan order) kepada salesmen yang mewakili distributor terkait.
Kata beliau dalam hitungan hari, barang tersebut akan dikirim bersama pesanan yang lainnya.
Atas dasar keterangan sales tersebut, saya pun memberi informasi kepada pelanggan setia dan beliau bersedia menunggu barang baru.
Hingga pada waktunya tiba, pesanan datang. Namun, barang yang saya maksud 50 rol permadani tidak tercantum dalam nota pengiriman, itu artinya barang kosong.
Saya pun jadi bingung, satu sisi saya sudah berjanji akan mengirim ke tempat si Fulan saat pengiriman tiba. Namun barang tiada. Sedangkan stok di gudang tersisa 2 rol.
Â
Menurut kejadian selama ini, bila barang sering kosong, dan sulit itu pertanda akan terjadi kenaikan yang signifikan.
Mungkin dengan menimbun barang atau tidak menjual sementara akan membuat kita beruntung. Namun, dengan menumpuk barang menjadi larangan.
Apalagi saya sudah berjanji akan mengirim barang hari itu juga. Maka, tanpa berpikir lagi, saya memanggil salah satu karyawan untuk mengantar pesanan sesuai stok di gudang.
Tidak lupa untuk memberitahu kepada pelanggan bahwa untuk sementara barang yang dipesan tidak ada (kosong), karena pabrik terkendala bahan baku.
Nah, dengan terkirimnya barang, berarti saya sudah berusaha menepati janji mengirim barang tepat waktu, sesuai waktu transaksi kepada pelanggan kami.
Meski kondisi barang tidak sesuai yang diharapkan, setidaknya saya tidak berhutang. Bahkan, hingga saat ini barang masih kosong, saya pun berusaha mencari distributor lain, tetapi hasilnya sama saja, nihil.
***
Hal serupa pun pernah terjadi, beberapa pekan lalu. Si Fulana membeli barang satu buah barang yang sebenarnya ia bisa membawanya.
Namun, ia enggan dan meminta tolong untuk diantar. Bila mengingat yang ia beli tidak ada untung sama sekali bila toko harus mengirimnya.
Saya pun berjanji akan menyertakan kiriman searah tujuan yang sama. Kebetulan ada pembeli lain satu arah. Akan tetapi, armada sudah pergi dan sopir lupa membawa serta.
Berhubung sudah berjanji, maka saya harus menepati. Saat itu juga saya minta tolong  saudara untuk mengeluarkan armada lain guna mengantar pesanan si Fulana.
Mungkin memang benar kata orang, jualan atau dagang adalah ibadah, tidak peduli untung atau rugi.Â
Yang terpenting kita niatkan untuk membantu sesama dengan ikhlas, insyaa Allah, kelak rezeki akan diganti dengan berlipat-lipat.
Begitulah sedikit pembelajaran saya dalam meneladani cara berdagang ala Rasulullah. Semoga Istikomah menjaga tuntunannya.
Kepada para pembaca, boleh menambahkan poin di kolom komentar sebagai tambahan pengetahuan untuk saya yang fakir ilmu.
Sekian dari saya, salam hangat selalu.
#ArtikelYuliyanti
#TulisanKe-205
#EdisiTopikMaulid Nabi MenjagaLidahDanTangan
#Klaten, 21 Oktober 2021
#Hanya di Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H