Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tips Menghadapi Masa Transisi Pandemi Menuju Endemi, Berikut 3 Cara Harus Dijaga

3 Oktober 2021   12:07 Diperbarui: 3 Oktober 2021   20:54 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Kompasiana.com

Pandemi COVID-19 masih merajalela hampir di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia tercinta.

Meskipun saat ini sudah tidak separah pasca lebaran beberapa bulan lalu. Dulu, setiap hari jalan depan rumah dibisingkan suara ambulan yang menyayat hati.

Sedari penjemputan si fulan yang terpapar covid, hingga pemulangan jenazah si fulana. Namun, sekarang hampir tidak pernah terdengar bunyi sirine.

Benar apa yang dikatakan teman sesama Kompasianer, Mbak Siska Artati.

Kata beliau, sedikit bernapas lega sehubungan penyebaran berita kematian mulai berkurang.

Melansir dari detik.com "Ilmuwan menganggap  pandemi SARS COVID akan berlalu sehingga kita bisa melanjutkan transisi menuju Endemi Covid.

Tentunya akan berjalan seperti yang kita harapkan, bila melalui sebuah penanganan yang cukup baik dalam menekan jumlah kasus.

Sedangkan Perbedaan antara pandemi dan endemi adalah:

Perbedaan pandemi dan endemi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pandemi diartikan sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas.

Pandemi dapat disebut wabah global karena cakupannya lebih luas. Penyebarannya terjadi ke beberapa negara dan mempengaruhi sebagian orang di seluruh dunia.

Sementara endemi, diartikan sebagai penyakit yang berjangkit di suatu daerah pada suatu golongan masyarakat. 

Sebagai contoh penyakit endemik di Indonesia adalah demam berdarah dengue (DBD). Selain itu, ada juga malaria, hepatitis, atau kusta.

1. Siapkan Diri Hadapi Endemi

Melansir dari suara.com- Setelah virus covid-19 diyakini akan selalu ada, dan menjadi wacana hidup berdampingan dengannya.

Hanya saja, jumlah orang yang terinfeksi tidak sebanyak awal mula pasca dicabutnya status pandemi menjadi endemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia(WHO)

Perubahan status pandemi menuju endemi, membutuhkan saling kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah untuk mewujudkannya.

Sebagai langkah yang harus kita siapkan adalah, sesegera mungkin untuk melakukan vaksinasi, jangan pilih-pilih vaksin. Karena, apapun jenisnya pasti mempunyai kekebalan.

Meskipun tidak 100 persen, setidaknya tetap ada nilai kekebalan terhadap Covid-19.

Sehingga risiko sakit parah hingga menyebabkan kematian lebih rendah," ungkap ahli Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr. Iwan Ariawan, dalam webinar Satgas Covid-19, Selasa(28/9/2021).

2.Jangan abai dan Tetap Jaga Protokol Kesehatan

Sebagai warga Indonesia, kita harus tetap menjaga dan menaati peraturan yang digaungkan pemerintah. Yakni, tetap menjaga protokol kesehatan dengan lebih baik dan disiplin.

Sebaiknya masyarakat perlu menyadari penerapan prokes 3M, kemudian 3T, hingga vaksinasi tetap diberlakukan dalam jangka waktu lama. 

Begitu pula tetap memakai masker di area publik dan sesegera melakukan vaksinasi.

Seperti tiga hari yang lalu, salah satu adik saya memberitahu bahwa esok hari tidak masuk kerja. Karena ia akan menerima vaksin tahap pertama.

Beberapa saat kemudian ibu juga memberi kabar lewat sebuah telephone, bahwa esok hari akan vaksin bersama adik.

Jujur, saya senang dan sedikit kaget mendengarnya. Karena beberapa bulan terakhir ibu bilang tidak ingin di suntik vaksin.

Namun, seiring berjalannya waktu ibu berubah pikiran. Mungkin setelah mengetahui anak cucunya sebagian sudah vaksin tahap pertama.

3. Dukung Orang tua untuk Vaksin

Seperti kita ketahui mungkin di luar sana ada banyak orang tua takut dengan vaksin.


Sehingga mereka memilih untuk tidak di suntik karena sering mendengar berita simpang siur seputar vaksin. Seperti halnya yang terjadi pada ibu saya.

Namun, kita sebagai anak kita harus bisa menenangkan hati dan memberi arahan kepada orang tua.

Bahwa vaksin itu sangat diperlukan sebagai bentuk ikhtiar pencegahan pandemi covid-19 menuku endemi covid.


Hingga keesokkan harinya, saat ibu hebdak berangkat ke Balai Desa tempat diadakan vaksin, saya beribdukungan.

Saran saya pada ibu untuk tetap tenang saat menunggu antrian, agar tidak menimbulkan ketegangan hati yang memicu detak jantung takberaturan.

Sehingga saat dilakukan pengecekan suhu tubuh bisa lancar seperti yang kita harapkan.

Selain itu semua, kita sebaiknya tetap menjaga asupan makanan, minuman hingga multivitamin yang cukup.

Semua itu dilakukan untuk menjaga imunitas tubuh, selain istirahat dan olahraga yang cukup.

Setidaknya itu yang kami lakukan untuk menjaga tubuh tetap sehat dan bugar di masa Pandemi hingga menuju Endemi Covid, supaya bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman dan aman.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Selamat berakhir pekan bersama keluarga tercinta, meski hanya berkumpul di rumah saja.

Referensi :1  dan 2

#ArtikelYuliyanti
#TulisanKe-195
#Klaten, 03 Oktober 2021

#Hanya di Kompasiana#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun