Sengaja saya suruh anak menulis malam itu, agar ia tidak lupa saat tiba di sekolah. Pada saat bersamaan sebuah pesan masuk di layar ponsel anaknya.
Sebuah nama terpampang di layar ponsel, sebut saja faisal(bukan nama sebenarnya) ia teman sekelas dari anak saya. Dalam pesan tertulis curhatannya.
Kata Faisal, ia ditakut-takutin orsng tuanya untuk tidak ikut vaksin karena informasi yang salah.
Saya mengatakan pada anak untuk mensupport Faisal. Pula berusaha untuk tidak mempercayai ucapan orang tua yang tidak benar.
Ya, kata Faisal, orang tuanya telah mengatakan bahwa jarum suntik vaksin itu terlalu besar.
Melansir Republika.com. Perhimpunan Pendidikan dan Guru(P2G) merilis hasil survei yang menunjukkan, 23,5 persen orang tua ragu-ragu dan 13,2 persen tidak setuju, 72,5 persen khawatir.
Kekhawatirannya berdampak  buruk pada anak setelah divaksin, ujar Kepala Bidang Advokasi P2G, Imam Zanatul Haeri, dalam rilis survei secara daring, Ahad(11,7)
Alasan orang tua ragu-ragu dan tidak setuju terhadap vaksinasi Covid-19 untuk anak berikutnya antara lain, khawatir tujuan vaksinasi bukan untuk kesehatan (5,4 persen), vaksin tidak halal (4,2 persen).
Sedangkan anak memiliki penyakit 5,2 persen, vaksin belum teruji 4 persen. Di sisi lain, 63,3 persen orang tua setuju atas pemberian vaksin Covid-19 untuk anak.
Ayah, Bunda, jangan takuti anak dengan covid-19, ayo dukung putra-putri tercinta yang berusia 12-17 tahun serta dalam keadaan sehat tanpa adanya keluhan untuk mengikuti vaksinasi.Â
Langkah ini dilakukan supaya anak memiliki kekebalan pada tubuh. Insyaa Allah aman dalam mengikuti Pembelajaran Tatap Muka(PTM) sebagai bentuk menjalankan protokol kesehatan anjurkan pemerintah.