Pada suatu masa, saya  pernah bekerja di sebuah Pabrik Pembuatan Pacul sekaligus pemasaran bahan bangunan terbesar di Kota Klaten.
Pada era kejayaan tahun 90-an, perusahan tersebut dikelola oleh satu keluarga besar, terdiri dari ayah dan ke 12 putra-putrinya.
Pada awal menginjakkan kaki di tempat itu, saya mengedarkan pandangan ke seluruh kawasan pertokoan.
Terlihat beberapa ruko berjajar indah, salah satunya bangunan tinggi menjulang berlantai tiga nan megah tempat kaki berpijak.
Seiring kaki melangkah menuju lantai atas, dalam hati berdecak kagum nan terbuai lamunan indah. Seandainya suatu saat saya bisa memiliki ruko idaman seperti ini, alangkah bahagianya hati.
Belum selesai mata menyapu ruangan lantai dua, mendadak terdengar langkah kaki menuruni tangga begitu kencang. Sekejap netra itu memandang ia lantas jalan.
'Dalam hati saya pun bilang, ini tuan rumah sepertinya angker....'
Beberapa menit kemudian pria lain datang menyapa Mas Ujang, kerabat yang mengantar kami mendapatkan pekerjaan ini.
'Siapa dia, karakternya seperti berbeda dengan yang barusan lewat batin saya kala itu. Perbedaan nyata karena tidak terdengar langkah kaki saat menuruni tangga.' Batin saya kala itu.
Â
Seorang pria berkulit putih, tubuh sedang, memakai baju putih celana panjang hitam. Terlihat begitu rapi seakan hendak bepergian.