"Nyebar godong koro, sabar sak wetoro."
Senda gurau Ibu saat menghidangkan camilan singkong goreng. Kami langsung menyerbu hidangan tersebut. Rasa bahagia menjalari hati dalam kebersamaan malam itu.
Lagi-lagi petuah lewat peribahasa, mencecar kepala. Sambil makan saya berusaha mengingat ungkapan tersebut. Memang, sering mendengar Contoh Peribahasa lewat teman-teman di toko.
Maklumlah, kebanyakan teman saya kala itu para orang tua, jadi sedikit banyak bisa menyesap ilmu kejawen dari para sesepuh.
Sabar sak wetoro memiliki arti sabar sejenak, juga melatih kesabaran dalam segala keadaan untuk kurun waktu tertentu.
Nasehat Bapak dan Ibu kala itu, saya "iya-kan" saja. Meski sejujurnya, batin separuh menerima.
Apalagi saat melihat kondisi kehidupan kami, sebagai buruh tani. Mereka menaruh harapan pada anak sulungnya kelak mampu memayungi. Jiwa pun terasa tergugah untuk melanjutkan perjuangan demi mewujudkan segala impian.
Suatu pagi Bapak mengantar saya berangkat kerja, jarak dari rumah hingga tempat kendaraan umum mangkal berjarak sekitar 7 km.
Tanpa keluh kesah Bapak mengayuh sepeda, berburu waktu supaya saya tidak ketinggalan jam pertama bus berangkat. Dulu, di jam-jam tertentulah armada lewat mengarah ke beberapa pinggiran kota.
Berbeda dengan keadaan sekarang, hampir tiap rumah memiliki kendaraan, mini bus pun telah berakhir masanya.
"Alon-alon asal Kelakon, Nduk," tutur Bapak kala melihat Bus Putra Jaya merangkak pelan.
Peribahasa atau pepatah tersebut mengartikan bahwa meski pelan-pelan asal terlaksana Alon-alon waton kelakon dalam kehidupan mengandung makna sabar. Iya, santai saja, yang penting sampai pada tujuan dengan selamat dan terkabul segala impian.
Pada akhirnya saya pun bertekad kuat melawan segala rasa jenuh, bekerja keras sesuai harapannya. Taklupa berdoa, semoga kelak meraih segala keinginan. Bekerja lebih mapan, dengan upah sepadan, supaya bisa membahagiakan orang tua cukup sederhana, bukan?