Kemudian saya buru-buru cari kencur di dapur. Sekitar satu jempol saya cuci, lalu diparut, diperas ambil airnya kira-kira satu sendok makan. Saya tambahin sedikit madu dan garam, aduk lalu diminum. Setiap tenggorokan berasa taknyaman itu jadi pertolongan pertama, Alhamdulillah batuk sembuh. Namun, satu penyakit lain pun datang.
Pada awalnya saya merasakan seluruh badan sakit, saya minta dikerokin. Benar, memerah darah bekas kerokan walau baru beberapa kali. Malam itu persedian tolak angin kebetulan habis. Ada stok sari buah, namun tidak cocok bagi penderita asam lambung.
Malam itu saya menikmati rasa sakit di seluruh tubuh, hingga demam tinggi. Merintih layaknya anak kecil. Keesokan hari lidah berasa pahit, badan pun lemah. Seharian hanya rebahan. Suami dan anak merayu agar saya periksa ke dokter. Namun, saya tidak mau.
 "Belikan saja paracetamol juga obat pereda nyeri." Pinta saya waktu itu.
 Setelah sehari semalam istirahat, pada hari kamis saya bisa bekerja, tetapi giliran suami tak enak badan. Karena gejalanya sama, obat saya jadi alternatif ketimbang periksa dokter, karena kami takut dikatakan kena covid, maklum sekarang lagi marak pasien sakit jantung, sakit paru-paru pun dibilang terpapar covid-19.
Setelah beberapa hari badan terasa tidak lagi sakit. Tetapi, saya mengeluhkan badan lemes, mau ngapa-ngapain bawaanya males, pinginya rebahan. Terkadang demam datang lalu seketika berubah dingin, lidah pahit sekali. Hingga suatu sore saya keluar rumah ke tetangga sebelah untuk beli nasi putih.
 Di sana ngobrol sesaat hingga dapat kesimpulan saya mungkin terkena tipes. Mengingat semasa lulus SD pernah mengalami sakit seperti itu. Akhirnya saya berani periksa ke dokter.
 Ternyata benar, dokter menyatakan sakit tipes juga lambung kambuh. Untuk tensi 120 normal, saya dianjurkan banyak istirahat.
Pada siang hari saat jam kerja suami merangkap kerjaan saya, saya hanya terbaring lemah, hingga malam tiba.
Setelah usai jam kerja, kami hanya bertiga di rumah. Saya belum sembuh suami pun ikutan sakit, badan terasa panas dingin lidah pun pahit.
Ujian yang kami alami bentuk kasih sayang Allah, untuk menghapus dosa-dosa kami, insyaa Allah. Saya pun dengan sabar menerima cobaan ini. Suami masih mendingan, bisa menikmati makan nasi dengan olahan yang berasa pedas( tidak ada pantangan) lain halnya dengan saya, untuk beberapa hari hanya memakan bubur  walau cuma beberapa sendok saja rasanya bosan.