Belum sempat memberitahu alasan lain, Bapak pun memotong kata-kata saya.
"Nduk, kamu jangan buru-buru keluar dari pekerjaanmu, mungkin memang itu rezekimu. Tetaplah semangat, anggaplah kamu sekolah di sana.  Dekatkanlah dirimu pada Allah. Insyaa Allah, kau akan memetik buah kesabaran Nduk. Ingatlah, satu pesan Bapak, jangan keluar dari pekerjaan itu!"
Keesokan harinya saya berangkat kerja, nasihat Bapak selalu terngiang dalam ingatan. Mulai saat itu, apapun keadaan yang saya lalui di toko, takpernah sekalipun berkeluh kesah. Hanya perlu menjalani dengan ikhlas hati. Selebihnya, biar tangan Allah yang memerankan peran-Nya.
Saya bekerja di toko material itu hingga Juni tahun 2000 dalam bayang sedu sedan. Karena tepat di hari kelahiran saya, kado terindah menghantarkan saya ke gerbang kesuksesan. Rupanya Allah, menjawab doa Bapak, kenapa saya tidak boleh 'Resign' kala itu.
Para pembaca yang berbahagia, nantikan keseruan tulisan saya  berikutnya yang pasti jauh lebih seru.
Tulisan ke 58. Klaten 17, Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H