Mohon tunggu...
Yulia Wardani
Yulia Wardani Mohon Tunggu... Karyawan -

Gadis Minang yang menyukai literasi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kamu yang Kusebut Kakak

2 Oktober 2015   12:59 Diperbarui: 2 Oktober 2015   12:59 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear, kamu yang kusebut Kakak.

Tahun-tahun beranjak begitu cepat. Namun, siluetmu

tak kunjung hilang dari ingat. Dimanakah kau sekarang,

Kak? Masih adakah aku dalam seingat angan yang

melekat?

 

Hari-hari berlalu bagai panah yang melesat. Tanpa

kusadari, telah habis dasawarsa tanpa hadirmu menjejak.

Apa kabarmu di sana, entah di belahan bumi mana?

Masihkah kau suka mengutip bunga rumput dan

menyelipkannya di katup bibirmu? Ataukah, berjalan

dalam hening tetap menjadi sukamu? Betapa rindunya

aku menatap wajah teduh itu, mata beningmu yang

kelabu.

 

Tahukah kamu bahwa merindumu lebih menyenangkan

dari sekadar meyaksikan senja. Merindumu lebih

membahagiakan dari sekadar berlarian di bawah hujan.

Mengingat suaramu lebih menenangkan dari sekadar

mendengar gemericik air sungai. Membayangkan

senyummu lebih indah dari spektrum cahaya tujuh

warna. Kakak, sungguh, segala hal tentangmu adalah

indah.

 

Dear, kamu yang kusebut Kakak.

Banyak hal yang ingin kuurai bersamamu. Banyak cerita

yang ingin kubagi padamu. Pun, banyak air mata yang

ingin kutumpahkan denganmu. Ketiadaanmu membuatku

ingin membagi segala kesah hidupku. Ingatan tentangmu

menuntun hati mencari jejakmu.

 

Kakak. Kucari kau ke seluruh penjuru nyata. Kucari kau

ke setiap sudut maya. Namun, tiada ragamu kutemui di

sana. Kau ke mana saja? Masihkah rindu akan

membawamu pulang padaku? Apakah angin musim

dingin telah membekukanmu? Ataukah, angin musim

gugur menerbangkanmu bersama helaian daun?

Barangkali, musim semi telah membawamu bersama

peri-peri cahaya? Mungkinkah, kau telah melebur

bersama hangatnya udara musim panas? Dimanapun kau

kini, ketahuilah, ada rindu yang mengajakmu kembali

pulang.

 

Dear, kamu yang kusebut Kakak.

Satu yang selalu kusyukuri. Dimanapun kau berada kini,

kau selalu hadir di mimpiku tepat waktu. Seakan kau

membawa isyarat bahwa aku tak sendiri. Ada kamu yang

masih setia membersamaiku meski hanya di alam bawah

sadarku. Pulanglah! Kurindu hari-hari tanpa beban, hari-

hari tanpa air mata, hari-hari tanpa luka, seperti saat

kau masih ada di sini. Pulanglah, sebab, aku akan selalu

menjadi rumah tempatmu kembali.

 

Your little sister,

Yulia WR; 09.09.2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun