"Musik tidak memilah-milah suku atau agama. Semua suku bangsa di dunia ini menjadikan musik sebagai kebutuhan hidup yang sudah bersatu dengan jiwa dan raga."
Saya pribadi setuju banget dengan pernyataan Purwa Tjaraka yang satu ini, so far I know, musik juga bisa memberi ketenangan jiwa yang mempengaruhi kesehatan fisik dan tubuh. Musik juga bisa mengurangi stres dan memberi manfaat kesehatan oleh karena itu musik adalah kebutuhan hidup. Banyak sejarahwan bilang juga kalau sejak zaman purbakala, musik sudah dikenal sebagai terapi dan penyembuhan. Rapalan mantra, tarian, tetabuhan dan instrumen -- instrumen musik biasanya dipakai pada masyarakat kuno sebagai bagian dari tata cara pengobatan. Music is absolutely healer.
Acara Inti Konferensi
Konferensi Internasional Sound of Borobudur "Music Over Nations: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik" dibagi menjadi dua sesi secara hybrid yaitu baik offline dan daring. Sesi Pertama diselenggarakan mulai pukul 9 pagi. Sesi pertama ini bertopik "Merangkai kembali keterhubungan antarbangsa melalui alat musik yang terpahat di relief candi Borobudur".
Narasumber pada sesi ini di antaranya Profesor Emerita Margaret Kartomi AM, FAHA, Dr. Phil, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia. Beliau memaparkan aspek etnomusikologi diharapkan dapat menunjukan jejak sejarah di masa lalu mengenai keterhubungan antar bangsa melalui musik, khususnya terkait dengan relief alat musik di candi Borobudur.Â
Pemaparan Profesor Emerita Margaret Kartomi juga menjadi favorit saya karena saya jadi lebih tahu tentang sejarah alat musik Nusantara lebih mendalam. Beliau juga memaparkan bahwa cerita relief  Borobudur adalah dokumen langka yang memberitahu kita tentang berbagai instrumen dimainkan di seluruh wilayah nusantara. Menurut Profesor Emerita Margaret Kartomi, kemungkina besar musik juga dimainkan untuk membersihkan desa atau istana dari roh jahat pada zaman dahulu kala. Masa kini kita lebih  mengenal acara tersebut dengan nama "bersih desa".
Dalam sesi ini, beliau mengangkat topik "Bagaimana musik dapat dibawa ke posisi strategis sebagai bahasa pemersatu dan analogi perbedaan sebagai kekayaan yang membentuk harmoni.
Pada sesi ini, Â Tantowi Yahya memberikan pemaparan dari aspek hubungan internasional diharapkan mampu memetakan bagaimana Music over Nations bisa menjadi sarana diplomasi budaya dan alat komunikasi antarbangsa. Statement yang saya sukai dari beliau adalah music is my instrument to diplomacy.
Pada sesi kedua bertopik "Membangun sound destination sebagai destinasi baru, mengimplementasikan Borobudur sebagai sebuah warisan yang harus dikerjakan", hadir sebagai pembicara di antaranya Prof  Dr M Baiquni MA, pakar geografi pembangunan, pendiri Sustainable Tourism Action Research Society dari Univeritas UGM.Â