Makanan pun datang, terlihat teman saya pun makan dengan lahap sedangkan saya tidak bisa. Saya tidak bia menikmati makanan tersebut. Selain saya tidak suka makanan mentah tapi ya ada sesuatu yang mengganjal. Jadi gini, saya itu mempunyai kemampuan unik. Badan saya itu sensitif ketika makan di tempat makan yang aneh atau yang tidak beres. Efeknya akan mual dan jackpot-jackpot. Saat makan itu saya tahan agar tidak jackpot alias muntah. Akibatnya, setelah sampai rumah, saya kena demam, diare dan muntah terus.
Teman saya pun kaget dan candaannya itu beneran. Ketika saya mau dibawa ke rumah sakit, saya menolak dan saya meminta dibawa ke klinik saja. Saya itu salah satu orang yang parnoan kalau dibawa ke rumah sakit malah biasanya kepikiran dan tambah parah sakitnya. Akhirnya setelah dibawa ke klinik dan dokternya bilang kalau saya keracunan makanan. Tapi teman saya tidak keracunan padahal sama menunya. Saya masih berpikir logis saat itu, memang perutku sensitif tidak bisa makan makana enak. Dah gitu saja hahaha.
Penderitaanku tak sampai sakti demam, muntah dan diare saja tapi malamnya saya tidak bisa tidur karena teman saya tiba-tiba bilang.
"kalau ada yang "lewat" biarin saja ya."
Astaga, bisa-bisanya dia ngomong seperti itu pas saya lagi sakit. Jadi sebelum saya lanjutkan cerita tentang kamar yang saya tempati itu, Teman saya ini salah seorang orang yang ingin mempunyai indera keenam. Dia pun sampai berguru pada teman saya yang lain yang juga konon ngakunya anak indigo itu. Sebut saja namanya Joko. Mereka berdua ini dari Jakarta dan suka ngomongin tentang dhemit gitu. Singkat cerita, mata ketiganya itu dilatih agar bisa melihat hantu. Saya pun geleng-geleng melihat tingkah mereka. Kok ya pingin melihat hantu, mending belajar yang lain yang lebih bermanfaat.
Balik lagi tentang kamar yang saya tempatin, jadi ketika saya ditinggal sendiri di kamar itu. Ya sudah, saya mencoba tidur setelah minum obat. Saya pun tertidur dan kebangun karena kebelet. Saya pun ke toilet yang ada di sebelah kamar. Ketika membuka pintu, saya lihat kucingnya itu melihat arah tangga ke lantai dua terus. Saya pun cuek dan langsung masuk ke toilet. Setelah masuk lagi ke kamar dan tiduran di kasur, saya merasakan sakit kepala yang hebat. Ketika lampu kamar saya matikan dan balik ke kasur lagi, tiba-tiba baju ada angin semilir di kamar. Jujur ni kamar ac sudah saya matikan, tidak ada jendela. Saya pikir apa karena saya gerak jadi ada angina, tapi angina ini terus menerus mutar saja di kamar. Saya pun menghela napas dan tidur dengan selimut menutupi sampai kepala.
Dalam hati, saya hanya nylethuk.
"Emang aku baru di sini, tapi aku tidak ganggu. Aku juga lagi sakit, jangan ganggu please. Tapi kalau mau Nampak, Nampak aja, aku nggak takut tapi jangan ngagetin."
Kamar kembali sunyi, anginnya tidak ada. Tapi yang bikin heran, ketika bangun, badanku seperti habis digebukin. Saya pun cerita kepada teman saya yang punya rumah itu. Dengan santainya dia bilang
"kamarmu itu tempat jalan "mereka".
Jadi kamar itu sudah lama dia tidak pakai. Dia pun tidur di kamar mamanya.