Hallo gaes, saya ingatkan lagi bahwa sebelum membaca kisah pengalamanku part III ini, alangkah baiknya kalian membaca kisahku yang part I dan II. Kalian bisa lihat di profileku terlebih dahulu. Jadi bacanya kisahku ini lebih enak dan runtut gitu loh gaes"
Jadi cerita sebelumnya saya menempati kos berhantu itu di daerah Janturan Yogyakarta dan dengan segala pengalaman tidak enak. Saya pun hanya bisa bertahan kurang lebih satu bulan saja karena peristiwa yang saya alami itu hampir mencelakakan saya. Yah siapa sih yang betah tinggal di sana pas tidur tidak bisa bernapas dan sering diteror suara glodakan dari depan pintu. Belum lagi kalau tidur diliatin walaupun saya sudah mandi,sholat, berdoa dan wudhu sebelum tidur.
Selepas dari kos berhantu tengah kota itu, saya pergi ke Jakarta karena diajak teman saya. Sebut saja namanya Nana. Ya aji mumpung sih karena saya di Jakarta ditawarin tempat tinggal gratis di rumah teman saya hehe. Tteman saya ini adalah salah satu anak pejabat kepolisian ibukota dan rumahnay gede banget oleh karena itu saya mendapat kamar sendiri dirumahnya. hitungannya sama saja seperti kos, karena saking luasnya bangunan dan jarang ada orang. yang membedakan ya itu kos tapi gratis alias nebeng. Kamarnya itu besar dan dekat ruang olahraga. Saya pun bahagia saat itu karena saya mikir tidak akan berurusan lagi dengan makhluk astral. Tapi ternyata....
Cipinang, Jakarta Timur September 2011
Jakarta, mendengar namanya saja sudah membuat orang berpikir tentang sesuatu yang wah,wow, kota metropolitan, gaji gede, banjir dan segudang masalah. Ibu kota Indonesia ini memang memiliki berjuta rasa untuk warganya. Menurut para perantau atau orang di luar Jakarta mungkin kehidupan ibu kota itu lebih kejam daripada ibu tiri, tapi nyatanya ya daerah ini selalu ramai oleh pendatang untuk mengais rejeki.
Banyak lulusan fresh graduate dari Jawa yang mengadu nasib di Jakarta dan banyak juga yang lulusan setingkat SMA nekat mencari pekerjaan di Jakarta dengan iming-iming gaji yang besar. Salah satunya adalah saya. Sebenarnya saya ke Jakarta itu tak hanya ingin mencari pekerjaan tapi juga karena mau melakukan penelitian untuk novel yang saya buat.Â
Saya juga tidak tahu mengapa mendapat gratisan tempat tinggal tapi ya harus menerima resiko tempat tersebut. Jadi ketika saya menginjakkan kaki di Jakarta untuk pertama kali, feeling saya sudah jelek. Bukan karena saya halu tapi, badan saya terkena paparan "suasana" panas yang efeknya yang jomplang banget lah jika dibandingkan di Jawa. Ritme kehidupan di Jakarta tahun 2011 itu sudah barbar sekali. Batavia (sebutan lama untuk kota Jakarta) sudah berubah total, bayangan nostalgia tentang kota Batavia pun terjungkir balik. Ketika sampai di Cipinang, saya langsung tidur karena saat sampai di Jakarta sudah malam. Keesokan harinya, saya diajak jalan-jalan ke mall sama teman saya itu. Â Entah bagaimana ceritanya, dia itu memilih restoran Jepang yang terkenal dan mahal di mall tersebut. Saya tidak bisa nolak dong, anak pejabat ngajak makan dan ditraktir pula. Ya saya anguk-angguk saja.
Ketika melihat menu makanan, hmmm saya pun tak paham dengan makanan tersebut. Saya ndeso memang, karena saya tidak pernah makan makanan mentah dan aneka macam makanan bersaos impor. Setelah selesai mengorder makanan yang saya tidak paham itu, saya pun bertanya kepada teman saya.
"Aku belum pernah makan makanan mentah, kalau aku kenapa-kenapa kamu tanggung jawab ya?
Teman saya pun hanya bilang seperti ini.
"Santai loh sis. Kalau kamu sakit, aku anter ke rumah sakit. Lagian ini restoran terenak dan bersih." Dia pun menjawab sambil tertawa dan nyengir.
Makanan pun datang, terlihat teman saya pun makan dengan lahap sedangkan saya tidak bisa. Saya tidak bia menikmati makanan tersebut. Selain saya tidak suka makanan mentah tapi ya ada sesuatu yang mengganjal. Jadi gini, saya itu mempunyai kemampuan unik. Badan saya itu sensitif ketika makan di tempat makan yang aneh atau yang tidak beres. Efeknya akan mual dan jackpot-jackpot. Saat makan itu saya tahan agar tidak jackpot alias muntah. Akibatnya, setelah sampai rumah, saya kena demam, diare dan muntah terus.
Teman saya pun kaget dan candaannya itu beneran. Ketika saya mau dibawa ke rumah sakit, saya menolak dan saya meminta dibawa ke klinik saja. Saya itu salah satu orang yang parnoan kalau dibawa ke rumah sakit malah biasanya kepikiran dan tambah parah sakitnya. Akhirnya setelah dibawa ke klinik dan dokternya bilang kalau saya keracunan makanan. Tapi teman saya tidak keracunan padahal sama menunya. Saya masih berpikir logis saat itu, memang perutku sensitif tidak bisa makan makana enak. Dah gitu saja hahaha.
Penderitaanku tak sampai sakti demam, muntah dan diare saja tapi malamnya saya tidak bisa tidur karena teman saya tiba-tiba bilang.
"kalau ada yang "lewat" biarin saja ya."
Astaga, bisa-bisanya dia ngomong seperti itu pas saya lagi sakit. Jadi sebelum saya lanjutkan cerita tentang kamar yang saya tempati itu, Teman saya ini salah seorang orang yang ingin mempunyai indera keenam. Dia pun sampai berguru pada teman saya yang lain yang juga konon ngakunya anak indigo itu. Sebut saja namanya Joko. Mereka berdua ini dari Jakarta dan suka ngomongin tentang dhemit gitu. Singkat cerita, mata ketiganya itu dilatih agar bisa melihat hantu. Saya pun geleng-geleng melihat tingkah mereka. Kok ya pingin melihat hantu, mending belajar yang lain yang lebih bermanfaat.
Balik lagi tentang kamar yang saya tempatin, jadi ketika saya ditinggal sendiri di kamar itu. Ya sudah, saya mencoba tidur setelah minum obat. Saya pun tertidur dan kebangun karena kebelet. Saya pun ke toilet yang ada di sebelah kamar. Ketika membuka pintu, saya lihat kucingnya itu melihat arah tangga ke lantai dua terus. Saya pun cuek dan langsung masuk ke toilet. Setelah masuk lagi ke kamar dan tiduran di kasur, saya merasakan sakit kepala yang hebat. Ketika lampu kamar saya matikan dan balik ke kasur lagi, tiba-tiba baju ada angin semilir di kamar. Jujur ni kamar ac sudah saya matikan, tidak ada jendela. Saya pikir apa karena saya gerak jadi ada angina, tapi angina ini terus menerus mutar saja di kamar. Saya pun menghela napas dan tidur dengan selimut menutupi sampai kepala.
Dalam hati, saya hanya nylethuk.
"Emang aku baru di sini, tapi aku tidak ganggu. Aku juga lagi sakit, jangan ganggu please. Tapi kalau mau Nampak, Nampak aja, aku nggak takut tapi jangan ngagetin."
Kamar kembali sunyi, anginnya tidak ada. Tapi yang bikin heran, ketika bangun, badanku seperti habis digebukin. Saya pun cerita kepada teman saya yang punya rumah itu. Dengan santainya dia bilang
"kamarmu itu tempat jalan "mereka".
Jadi kamar itu sudah lama dia tidak pakai. Dia pun tidur di kamar mamanya.
"Kamu pasti diganggu ya? Selamat ya hahaha."
Bangke, teman macam itu. Malah dibecandain, tapi saya juga ketawa sih. Mungkin kenalan. Selama saya sakit, saya dirawat teman saya dan pembantunya. Jadi sebenarnya, teman saya itu jarang bertemu orang tuanya karena sibuk keluar kota. Kata dia sih, kunjungan dinas. Ya saya bisa maklumi sih, ayahnya sedang memegang jabatan penting saat itu. Total saya sakit di rumah itu selama 2 minggu. Yah selama sakit dan ketika malam tiba, gangguan tak hanya angin yang sering datang dan pergi, tapi juga suara langkah kaki. Hal itu sudah biasa ya gaes, yang ngeselin itu suara brisik di telinga seperti suara cari saluran di radio kemresek. Selama tidur di kamar itu juga, beberapa kali mimpi buruk dan sekali tindihan.
Selama dua minggu itu, saya pun mendapat telepon dari ibu saya sekali. Ibu saya pun khawatir karena dia merasakan yang janggal dan terus memikirkan saya. Feeling ibu memang kuat, dan ia meminta saya untuk pulang ke Yogyakarta. Padahal saya tidak cerita tentang peristiwa saya keracunan makanan dan diganggu makhluk halus.
Akhirnya, saya pun sehat kembali dan di saat itu saya juga mikir keras tentang bagaimana nasib saya di sana. Kalau kekeh melanjutkan pekerjaan di Jakarta, pasti saya akan sakit lagi tidak pernah tidur nyeyak. Akhirnya setelah sebulan saya tinggal di rumah itu, saya memutuskan untuk pulang dan menyanggupi permintaan ibu saya. Teman saya kaget dan malah meminta maaf kaena telah menempatkan saya di kamarnya itu. Sebelum saya pulang, saya sempat mengucapkan terima kasih dan meminta maaf telah merepotkan selama tinggal di rumahnya.
Saya pun pulang ke Yogyakarta dengan kereta pagi. Semenjak kejadian itu, saya masih kontak-kontakan dengan teman saya si Nana itu. Tapi seiring berjalannya waktu, dia makin obsesi dengan indera keenamnya itu dan sampai sekarang lose kontak. Teman kami yang indigo itu yang namanya Joko, ia juga bilang bahwa dia lose kontak dengan Nana. Yah positif thinking saja, mungkin dia sibuk dan sedang berbisnis di luar negri.
Note: Sebenanrnya, masih ada satu lagi cerita kos berhantu yang pernah saya tempati pada tahun 2015. Itu horror banget tapi saya tidak sanggup cerita karena mengerikan sekali, walaupun begitu, saya bertahan hingga 3 bulan lamanya. Terima kasih sudah membaca pengalaman saya yang pernah saya alami. Saat ini saya masih kontrak dan alhamdulillah selama kurang lebih 4 tahun tidak pernah diganggu. Ingat, jangan pernah takut dengan "mereka" karena masih ada Tuhan dan malaikat yang menjaga kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H