"Sebelum membaca kisah pengalamanku part II ini, alangkah baiknya kalian membaca kisahku yang part I. Kalian bisa lihat di profileku terlebih dahulu. Jadi bacanya kisahku ini lebih enak gitu loh gaes"
Jadi begini gaes, kisahku ini adalah pengalaman nyata yang pernah kualami selama jadi anak kos. Terkadang pengalaman berinteraksi dengan makhluk astral, saya tidak sendirian dan teman-teman pun ikut merasakan. Apesnya ya itu melihat sekelebat, mimpi buruk dan mendengar suara-suara yang bisa membuat hidup itu traumatis.Â
Karena melihat makhluk astral itu pengalaman yang sesuatu sendiri., maka sampai sekaang pun masih teringat jelas bahkan teman saya pun menjadi trauma dan makin penakut. Jadi pengalaman melihat langsung itu ya tubuh kita itu bisa ngefreeze sampai kaki kita menjadi kaku dan ngilu untuk digerakkan. Istilah lain yaitu jadi layu gitu. Okay gaes mari kita lanjutkan part II, kos kali ini berada di tengah kota dan kompleks kampus Islami.
Kos Janturan Juli - Agustus 2011
Ada yang bilang kalau lulus kuliah itu rasanya plong banget karena terbebas dari skripsi. Tapi banyak juga orang yang tak bahagia bahkan sengsara seperti saya dulu. Loh kenapa kok sudah lulus tapi malah sedih? Ya iyalah habis wisuda itu justru the real journey. Kita terbiasa ngampus, nongkrong di kantin tapi kita harus mencari pekerjaan untuk melanjutkan hidup. Syukur- syukur dapat kerjaan itu saat kita masih skripsi tapi ya banyak mahasiswa yang setelah wisuda itu menganggur. Saya pun jadi pengacara ("pengangguran banyak acara").Â
Kebetulan awal tahun 2011 itu, sanak saudara saya sudah jarang dinas kerja lagi di Yogyakarta jadinya ya harus melepas kos tersebut. Saya pun harus memutar otak agar bisa mendapatkan uang dan pindah kos secepatnya. Tapi setelah puluhan kali melamar pekerjaan belum juga ada yang nyantol. Saya pun bingung dan akhirnya saya menceritakan masalah saya ini ke teman saya. Ehh entah rejeki dari mana, dia pun nawarin untuk tinggal di kosnya.Â
Alahamdulillah kos gratis lagi!! Dia sendiri mempunyai rumah di Yogyakarta tapi punya kos juga. Kos itu ia gunakan hanya untuk melepas lelah bersama teman-temannya karena dari rumahnya ke kampusnya itu lumayan jauh apalagi jadwal kuliah yang padat.
Akhirnya saya menempati kos tersebut di bulan puasa tahun 2011 dan saya tak banyak membawa barang karena sudah ada perabotan di dalam kos tersebut. Kosnya lumayan luas ruangannya dan kamar mandi dalam. Kosnya itu tipe kos cewek bebas jadi setiap anak membawa kunci gerbang tapi wajib untuk menjaga kesopanan dan tidak boleh ada cowok menginap. Malam pertama di kos yang baru, seperti biasa saya tidak bisa tidur dan harus beradaptasi.Â
Parahnya kos itu sepi sekali karena sebagian anak kosnya pulang kampung karena bulan Ramadhan. Saya pun membaca buku sampai ketiduran. Tiba-tiba, saya terbangun sekitar jam 1 dan saya merasa saat tidur itu, saya dilihatin oleh beberapa orang. Tapi tidak ada orang sama sekali dalam kamar saya itu. Saya pun bangun dan menghampiri jendela dan saya buka. Tak ada siapa-siapa, bahkan senyap sekali.
Saya pun tak memusingkan hal itu karena keburu kebelet. Saya pun masuk toilet karena kebelet. Ketka mau mencuci tangan, saya melihat ada yang janggal. Sabunku!! Sabun saya dimakan tikus waaa bangke banget! Nggak banget pokoknya. Semenjak kejadian itu, saya membeli sabun cair terus hingga sekarang.
Saya pun tidak bisa melanjutkan tidur dan hanya bisa membaca buku hingga saatnya sahur tiba. Sesekali melihat handphone, kali aja ada chat bbm masuk. Kala itu handphone saya masih blackberry, maklum mahasiwa datar punyanya ya handphone sejuta umat hehehe. Tak ada peristiwa menakutkan selama saya menempati kos tersebut minggu pertama.Â
Tapi keadaan tersebut tak berlangsung lama ketika kos tersebut hanya tersisa dua orang saja yaitu saya dan satu mbak-mbak kuliah pascasarjana. Saya pun tak tahu namanya, kos itu cenderung individual. Yang pasti mbak kos itu kalau pulang malam banget bahkan jam 12 terkadang baru sampai kos.
Saat itu ketika saya hendak makan sahur bersama ibu saya di rumah suami barunya itu, saya keluar kamar dan ketika mau mengunci pintu. Saya merasa di belakang saya ini ada seorang perempuan tak pikir mbak kos yang mau keluar untuk sahur juga ternyata bukan hanya bayangan. Ketika motor mau dinyalakan itu tiba-tiba susah banget padahal rajin servis. Saya pun membatin,
"rasah ganggu, kene meh sahur. Nek ameh njedul, njedul wae tapi njuk tak balang sandal"
Ajaibnya, motor saya bisa dinyalakan dan saya saat menutup pagar dan gembok itu saya melihat bayangan hitam "mbak-mbak". Wo lahh katanya dhemit tidak ada pas bulan suci tapi kok malah berani menampakan diri. Saat itu saya jadi menyalahkan guru agama saya, karena kata beliau tak ada setan muncul semua digembok. Tapi setelah mengalami sendiri mungkin yang dimaksud setan digembok itu ya nafsu manusia itu sendiri.
Malam harinya saat selesai sholat tarawih, saya pun dilanda rasa kantuk yang amat luar biasa. Saya pun tidur jam 9 malam dan seperti biasa kos sepi banget dan tidak ada seorang pun kecuali saya. Saya pun merebahkan tubuh saya ke kasur dan tertidur. Kira-kira 3 jam saya tidur, tiba-tiba saya terbangun karena da suara glodakan di luar.Â
Saya pun keluar takutnya motor saya kenapa-kenapa. Tapi setelah saya ke depan tidak ada siapa pun bahkan tikus pun tak terlihat. Saya pun juga ngecek kamar mbak kos yang sering pulang malam itu tapi nihil, kamarnya gelap sekali. Kemungkinan besar tidak pulang kos.
Saya pun melanjutkan tidur dan di samping saya sudah ada Al-Quran. Saya tidur malam itu dengan rasa was-was walaupun di dekat saya ada kitab suci sekalipun. Tak berselang lama, saya pun ketindihan dan susah sekali bernapas. Mungkin lebih dari 5 menit saya tak bisa menggerakkan tubuh dan ngo-ngosan.Â
Saat itu, saya juga merasakan seperti ditindih sesuatu yang amat besar tapi saya tidak bisa melihatnya hanya bulatan hitam saja seperti asap. Saya pun berusaha agar bisa mengucap Allahhuakbar berkali-kali dan istigfar tapi teap saja masih tindihan. Akhirnya saya pasrah dan dari mulut saya hanya terucap "karepmu, luweh". Ehh saya tidak tindihan lagi dong. Jam masih menunjukan pukul 1.30 dini hari. Saya pun memutuskan untuk tidak melanjutkan tidur lagi dan pergi ke tempat ibu saya tinggal.
Saya tidak pernah menceritakan peristiwa ini ke ibu saya dulu karena saya tidak mau menambahi pikiran ibu saya yang sudah renta. Saya hanya menceritakan ke teman saya yang punya kos tersebut. Dia pun hanya tertawa dan menurut pengakuan dia, ternyata dia tidak pernah tidur di sana walaupun siang hari. Dia selalu bersama teman-teman kampusnya itu dan kalau malam selalu kosong. Dia juga cerita pernah tindihan di siang hari dan sejak saat itu dia kapok sendirian tidur di kamar kos tersebut. Tindihan paling parah seumur hidup dan susah sekali bernapas.
Semenjak kejadian tindihan super mengerikan itu, saya tidak pernah tidur kos lagi. Lalu saya pergi dan tidak menempati kos tersebut. Kebetulan, setelah lebaran tahun 2011 saya diajak teman ke Jakarta untuk mencari pekerjaan di sana. Beban saya pun hilang saat itu gaes dan tidak tindihan apalagi diganggu suara-suara aneh yang membuat bulu kuduk merinding. Total, say ahanya tinggal di kos tersebut kurang lebih sebulan saja. Saya sudah tidak kuat lagi, kalaupun saya tidak ke Jakarta, saya juga akan tetap pindah dan tidak mau berurusan dengan hal aneh-aneh tersebut. Capek tahu!
Akhirnya saya sampai juga di Jakarta tepatnya di daerah Cipinang. Pikirku saya sudah mearasa aman, tapi ternyata saya masih menemui "mereka" lagi. Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H