"Desiran angin yang berhembus menyapa kulit. Langkah kaki yang menembus kabut yang samar-samar sungguh kekagumanku pada puncak ini, sulit untuk kupendam. Mulut ini selalu berkata yang indah. Pesonamu tak pernah padam sejak dahulu kala. Wahai Tuhan, Puncak Suroloyo seperti negeri di atas awan dan sungguh memukau."
Mei 2013
Kota Yogyakarta dan sekitarnya memang mempunyai banyak pesona di bidang pariwisata baik wisata budaya dan alam. Salah satunya yaitu Puncak Suroloyo. Menurut sejarah  yang telah ditorehkan, puncak tertinggi di Bukit Menoreh ini yang menjadi tempat pertapaan Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Pemandangan alam  di tempat ini tidakmain-main, ketika sampai di puncak bukit, mata akan disuguhi pemandangan melihat empat gunung besar di Pulau Jawa, Candi Borobudur dan pemandangan sang surya terbit. Empat gunung tersebut adalah Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing.
Jika berangkat dari kota Yogyakarta bisa ditempuh 1,5 jam dengan sepeda motor dan sebaiknya berangkat sebelum subuh jika ingin mendapatkan pemandangan yang elok dan indah itu. Arah yang paling mudah untuk mencapai disana yaitu Jogja -- Godean- Sentolo lalu Kali Bawang. Kala itu, saya berangkat dari rumah pukul setengah 4 pagi menggunakan motor menembus dingin yang menusuk kulit.
Pada tahun 2013, tarif masuk di Puncak Suroloyo ini masih gratis dan hanya membayar tarif parkir sepeda motor sebesar 3000 rupiah. Untuk mencapai puncak anda harus melewati dengan menaiki tangga berjumlah 200-an anak tangga. Namun, tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah anak tangga tersebut karena pasti akan berbeda-beda orang menghitungnya. Saya pun berulang kali menghitung tetap saja masih berbeda hasilnya tiap kali kesana.
Biasanya, Â anak tangga menuju punak Suroloyo ini agak basah karena embun, jadi harus super hati-hati. Saya pernah terpeleset saat naik ke atas karena memakai sandal jepit. Sepatu boots mungkin lebih aman dipakai untuk naik ke atas. Jika sudah mencapai di puncaknya semuanya akan terbayar indah.
Kaki pegal dan nafas yang tersengal-sengal serta jantung yang berdetak kencang akibat menaiki tangga ratusan tersebut akan hilang berganti dengan pemandangan yang indah kemudian mata juga akan melihat arca dewa Siwa dengan kendarannya yaitu sang lembu Nandi. Namun terakhir saya lihat, arca tersebut tidak terawatt dan rusak karena pernah di rusak oleh orang yang tidak bertanggun jawab.
Ketika sampai di puncak, Mata juga akan disuguhi pemandangan Candi Bhumisambharabudhara atau yang lebih kita kenal dengan nama Candi Borobudur yang cantik seperti teratai yang merekah di selimuti kabut-kabut yang menurun dan cahaya matahari di belakang Merapi-Merbabu sungguh sangat memukau.
Kaitannya dengan sejarah, menurut dalam Kitab Cobolek yang ditulis oleh Ngabehi Yasadipura pada abad 18 menyebutkan bahwa Mas Rangsang atau Sultan Agung mendapat wangsit agar berjalan ke arah barat dan diikutiya sampai ke Puncak Suroloyo. Kemudian, beliau sudah menempuh 40 km dan merasa sangat lelah.
Sultan Agung pun tidur di puncak tersebut. Mitos lain menyebutkan bahwa titik puncak tersebut merupakan titik tengah pulau Jawa, sebagian masyarkat percaya bahwa jika ditarik lurus dari utara ke selatan, barat ke timur. Pulau Jawa akan bertemu di Puncak Suroloyo.
Sesampainya di atas, saya menyempatkan untuk salam kepada semua makhluk yang ada di sana dan mulai menikmati puncak Suralaya. Lukisan alam memang tidak ada bandingannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H