Mohon tunggu...
Yulia Sujarwo
Yulia Sujarwo Mohon Tunggu... Freelancer - History Enthusiast, host youtube channel @HistoricalInsight

history is my passion

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Candi Sewu , Rumah Agung untuk Manjusri

26 Februari 2017   12:51 Diperbarui: 27 Februari 2017   12:00 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku yang dulu masih gagah mempesona

Aku yang dulu masih cantik berkilauan bak mutiara

Dalam usiaku senja, aku masih tetap berdiri 

Walaupun sebagian besar tubuhku sudah tidak bersatu lagi

Mendengar Candi Sewu, mungkin sudah tidak asing lagi bagi orang Indonesia. Candi yang pernah menjadi tempat syuting film After the Dark (judul sebelumnya The Philosophers) adalah film psikologis fiksi sains yang ditulis dan disutradarai oleh John Huddles. Candi yang bercorak Buddha ini sering dikaitkan dengan legenda rakyat Roro Jonggrang. Dikisahkan bahwa Bandung Bondowoso agar dapat menikahi Roro Jonggrang, Ia harus membangun seribu candi dalam semalam sebagai syaratnya. Kemudian Bandung Bondowoso meminta bantuan para makhluk halus untuk membangun seribu candi. Namun usahanya gagal karena Putri Roro Jonggrang melakukan tindakan kecurangan. Akhirnya Bandung Bondowoso mengubah sang putri menjadi batu. Tentu saja ini hanyalah legenda dan cerita lain di balik Candi Sewu ini lebih indah.

Candi Sewu adalah candi Budhha terbesar kedua di Indonesia setelah Candi Borobudur. Candi yang bercorak Budhha Mahayana ini kemungkinan besar dibangun bersamaan dengan Candi Borobudur dan berusia lebih tua dari Candi Prambanan. Diperkirakan dibangun pada abad ke 8 masehi pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Menurut Prasasti Kelurak tahun 782 masehi dan Prasasti Manjusrigrha tahun 792 masehi yang ditemukan di candi Perwara pada sisi barat menyebutkan bahwa mengenai pembuatan candi agung yang bernama “Prasada Vajrasana Manjusrigrha”.Istilah Prasada bermakna candi atau kuil, kemudian Vajrasana bermakna intan atau petir kemudian Manjusrigrha bermakna rumah Manjusri. Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa Candi Sewu ini adalah “rumah bagi Manjusri”.

Manjusri adalah salah satu Boddhisawa dalam ajaran Budhha Mahayana. Boddhisatwa atau calon Buddha yang terdorong oleh rasa cinta kasih dan sifat welas asih berusaha dapat menolong semua makhluk agar terlepas dari kesengsaraan. Pendirian Candi Sewu ini tergolong unik yaitu terletak pada denah Candi Sewu yang berbentuk mandala Wajradatu. Dalam ajaran agama Budhha Mahayana dikenal simbol mandala. Mandala adalah pola geometris perwujudan alam semesta dalam kosmologi budhha.

Pada zaman dahulu Candi Sewu ini terdapat satu candi utama dilengkapi dengan ratusan candi pengawal. Sungguh sangat indah sekali membayangkan Candi Sewu saat masih utuh dan tidak kalah dengan kecantikan Candi Prambanan. Patung perunggu setinggi 4 meter juga pernah bersemayam bagian dalam candi induk. Namun nasibnya seperti patung lainnya, sampai saat ini tidak diketahui kemana hilangnya.

Pertama-tama dasar atau alas candi dibuat terlebih dulu kemudian kaki-kaki candi. Kemudian para orang –orang suci tersebut membuat patung perunggu Majusri di cetak langsung di lokasi. Kemudian arca tersebut di tutup oleh bangunan utama kemudian ditambah dengan ruangan empat penjuru. Keempat ruangan ini dihubungkan dengan selasar keliling berpagar memutar. Setiap ruangan terdapat 6 relung arca di sisi kanan dan kiri ruangan dan 3 relung di samping tembok keliling memutar masing-masing 3 buah. Di setiap tembok juga dihiasi Makara yang berukuran besar. Makara adalah makhluk yang berbentuk ikan namun mempunyai belalai gajah. Namun jika kita kesana sekarang semua relung arcanya kosong termasuk arca perunggu Majusri setinggi 4 meter tersebut. Sungguh menyedihkan sekali, Candi Sewu tidak seperti dulu lagi. Mungkin tidak hanya arca Buddha dan arca Majusri yang hilang atau dijarah. Alat kelengakapan upacara seprti arca emas berukuran kecil, lempengan emas dan batu permata juga hilang tak berbekas.

Candi Sewu juga terkenal akan simbolis tentang kerukunan umat beragama pada zaman dahulu. Bukti kerukunan beragama tersebut terletak pada area kompleks candi Sewu yang tidak jauh dari area Candi Parambanan (Siwagrha) yang beraliran Hindhu Siwa. Pembuatan Candi ini juga bertahap dan terakhir dipugar oleh Rakai Pikatan yang tak lain merupakan suami Pramodawardhani. Beliau adalah putri Raja Samaratungga yang terkenal akan kecantikannya.

Kompleks Candi sewu juga dihiasi oleh delapan Candi Apit, 240 Candi Perwara di bagi dalam 4 baris. Baris pertama bagian dalam terdapat 28 candi, 44 candi pada baris kedua, 80 candi pada baris ketiga bagian luar, dan terakhir 88 candi di baris terluar. Sungguh sangat istimewa Candi Sewu ini mungkin jika diceritakan seharian juga tidak akan selesai. Candi cantik yang sering disebut mandala suci Majusri ini dikelilingi ratusan candi utuh kala itu. Namun berbanding terbalik pada masa sekarang. Kebanyakan candi-candi tersebut runtuh dan banyak batu-batu menumpuk di pojokan area candi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun