Aku yang dulu masih gagah mempesona
Aku yang dulu masih cantik berkilauan bak mutiara
Dalam usiaku senja, aku masih tetap berdiri
Walaupun sebagian besar tubuhku sudah tidak bersatu lagi
Mendengar Candi Sewu, mungkin sudah tidak asing lagi bagi orang Indonesia. Candi yang pernah menjadi tempat syuting film After the Dark (judul sebelumnya The Philosophers) adalah film psikologis fiksi sains yang ditulis dan disutradarai oleh John Huddles. Candi yang bercorak Buddha ini sering dikaitkan dengan legenda rakyat Roro Jonggrang. Dikisahkan bahwa Bandung Bondowoso agar dapat menikahi Roro Jonggrang, Ia harus membangun seribu candi dalam semalam sebagai syaratnya. Kemudian Bandung Bondowoso meminta bantuan para makhluk halus untuk membangun seribu candi. Namun usahanya gagal karena Putri Roro Jonggrang melakukan tindakan kecurangan. Akhirnya Bandung Bondowoso mengubah sang putri menjadi batu. Tentu saja ini hanyalah legenda dan cerita lain di balik Candi Sewu ini lebih indah.
Candi Sewu adalah candi Budhha terbesar kedua di Indonesia setelah Candi Borobudur. Candi yang bercorak Budhha Mahayana ini kemungkinan besar dibangun bersamaan dengan Candi Borobudur dan berusia lebih tua dari Candi Prambanan. Diperkirakan dibangun pada abad ke 8 masehi pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Menurut Prasasti Kelurak tahun 782 masehi dan Prasasti Manjusrigrha tahun 792 masehi yang ditemukan di candi Perwara pada sisi barat menyebutkan bahwa mengenai pembuatan candi agung yang bernama “Prasada Vajrasana Manjusrigrha”.Istilah Prasada bermakna candi atau kuil, kemudian Vajrasana bermakna intan atau petir kemudian Manjusrigrha bermakna rumah Manjusri. Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa Candi Sewu ini adalah “rumah bagi Manjusri”.
Manjusri adalah salah satu Boddhisawa dalam ajaran Budhha Mahayana. Boddhisatwa atau calon Buddha yang terdorong oleh rasa cinta kasih dan sifat welas asih berusaha dapat menolong semua makhluk agar terlepas dari kesengsaraan. Pendirian Candi Sewu ini tergolong unik yaitu terletak pada denah Candi Sewu yang berbentuk mandala Wajradatu. Dalam ajaran agama Budhha Mahayana dikenal simbol mandala. Mandala adalah pola geometris perwujudan alam semesta dalam kosmologi budhha.
Pada zaman dahulu Candi Sewu ini terdapat satu candi utama dilengkapi dengan ratusan candi pengawal. Sungguh sangat indah sekali membayangkan Candi Sewu saat masih utuh dan tidak kalah dengan kecantikan Candi Prambanan. Patung perunggu setinggi 4 meter juga pernah bersemayam bagian dalam candi induk. Namun nasibnya seperti patung lainnya, sampai saat ini tidak diketahui kemana hilangnya.
Pertama-tama dasar atau alas candi dibuat terlebih dulu kemudian kaki-kaki candi. Kemudian para orang –orang suci tersebut membuat patung perunggu Majusri di cetak langsung di lokasi. Kemudian arca tersebut di tutup oleh bangunan utama kemudian ditambah dengan ruangan empat penjuru. Keempat ruangan ini dihubungkan dengan selasar keliling berpagar memutar. Setiap ruangan terdapat 6 relung arca di sisi kanan dan kiri ruangan dan 3 relung di samping tembok keliling memutar masing-masing 3 buah. Di setiap tembok juga dihiasi Makara yang berukuran besar. Makara adalah makhluk yang berbentuk ikan namun mempunyai belalai gajah. Namun jika kita kesana sekarang semua relung arcanya kosong termasuk arca perunggu Majusri setinggi 4 meter tersebut. Sungguh menyedihkan sekali, Candi Sewu tidak seperti dulu lagi. Mungkin tidak hanya arca Buddha dan arca Majusri yang hilang atau dijarah. Alat kelengakapan upacara seprti arca emas berukuran kecil, lempengan emas dan batu permata juga hilang tak berbekas.
Candi Sewu juga terkenal akan simbolis tentang kerukunan umat beragama pada zaman dahulu. Bukti kerukunan beragama tersebut terletak pada area kompleks candi Sewu yang tidak jauh dari area Candi Parambanan (Siwagrha) yang beraliran Hindhu Siwa. Pembuatan Candi ini juga bertahap dan terakhir dipugar oleh Rakai Pikatan yang tak lain merupakan suami Pramodawardhani. Beliau adalah putri Raja Samaratungga yang terkenal akan kecantikannya.
Kompleks Candi sewu juga dihiasi oleh delapan Candi Apit, 240 Candi Perwara di bagi dalam 4 baris. Baris pertama bagian dalam terdapat 28 candi, 44 candi pada baris kedua, 80 candi pada baris ketiga bagian luar, dan terakhir 88 candi di baris terluar. Sungguh sangat istimewa Candi Sewu ini mungkin jika diceritakan seharian juga tidak akan selesai. Candi cantik yang sering disebut mandala suci Majusri ini dikelilingi ratusan candi utuh kala itu. Namun berbanding terbalik pada masa sekarang. Kebanyakan candi-candi tersebut runtuh dan banyak batu-batu menumpuk di pojokan area candi.
Uniknya lagi di kompleks Candi Sewu ini juga dijaga oleh sepasang Gupala atau Dwarapala yang berbentuk raksasa yang sedang memegang tongkat di keempat pintu masuk. Tubuh-tubuh semua candi Perwara berhiaskan ukiran Boddhisatwa dan Dewi Tara. Makhluk-makhluk khayangan seperti Sepasang burung Kinara Kinari juga menari-menari di tubuh candi. Makhluk-makhluk lain seperti Gana, Garuda, Makara, Kala dan sulur-sulur tumbuhan jug menghiasi tubuh candi.
Pembuatan Candi Sewu ini juga menggunakan lapisan candi bajralepa yang menghasilkan warna keputih-putihan dan pada malam hari candi akan tampak bersinar. Candi Sewu juga akan terlihat indah lagi jika sedang terjadi bulan purnama. Candi lain yang menguunakan lapisan ini juga terdapat pada Candi Kalasan dan Candi Sari.
Tiap kali saya mengunjungi Candi Sewu ini, saya bisa menghabiskan berjam-jam duduk di depan candi induk. Suasanya sangat tenang dan tidak seramai di area Candi Prambanan. Mungkin hanya 5-10 orang yang keluar masuk area Candi Sewu. Setiap harinya juga terdapat bapak-bapak yang bertugas menyapu halaman kompleks candi. Beberapa juga terlihat membersihkan lumut-lumut yang menempel di tubuh candi. Sesekali terlihat security yang mondar-mandir mengawasi area tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H