Malam itu, toko roti Aruna terlihat berbeda. Susunan kursinya ditata rapi dengan bantal kecil warna pastel yang lembut. Seharian ini Rusdi tidak mengganggunya dengan kiriman bunga atau pesan apapun karena Aruna sudah mengingatkannya dengan tegas. Aruna mengulas senyum penuh kelegaan. Saat itulah Amel datang, lengkap dengan keceriaannya. Namun, ada satu sosok yang membuat jantung Aruna berdetak dua kali lebih cepat. Lelaki berkulit legam dengan lesung pipi itu. Reon.Â
Dia pasti datang untuk menemuiku, batin Aruna.
Wanita itu masih berdiri mematung ketika Amel mengguncang lengannya. "Run, jangan bengong gitu. Ini acaranya mau mulai, kan? Gue.."
"Kenapa lo nggak bilang kalau ada Reon? Setidaknya gue bisa persiapkan sesuatu yang spesial. Kalau kayak gini, gue harus gimana?" ujar Aruna, memangkas perkataan Amel.
Amel mendesah pelan. "Runa Sayang, Reon kemari karena dia mau melihat perkembangan toko roti lo. Lagian, dia udah bahagia sama cewek lain."
Aruna membesarkan mata mendengar kalimat terakhir Amel. "Bohong," balas Aruna dengan tajam. Ia kini menatap Reon yang tengah berbincang dengan wanita berambut pendek. Sesekali tangan Reon membelai kepala wanita itu. Ada sembilu dalam hati Aruna. Semua penantiannya hanya sia-sia.Â
"Gue harap lo udah dapat jawaban dan tahu apa yang harus lo lakuin. Maafin gue, Run. Gue nggak bisa cegah Reon buat kemari. Reon udah milih jalannya buat dapetin yang dia mau. Lo pasti bisa raih yang lebih baik dari dia, Run."
Aruna menggelengkan kepala seiring kedua matanya yang basah. Saat pandangan Reon bersirobok dengan Aruna, wanita itu tak bisa lagi menahan tangisnya. Ia berbalik dan menaiki tangga. Amel ingin mengejar, tapi tangan lain menahannya. Dia Rusdi.Â
"Biarkan dia sendiri dulu, Mel. Besok pagi kita temui dia lagi."
**
Sinar mentari memasuki kamar Aruna. Di tokonya yang juga merangkap rumah, wanita itu beristirahat. Semalaman ia menyalahkan takdir karena telah membawanya dalam duka. Aruna merapikan rambut sebelum mencuci wajah. Sekarang, ia tidak tahu bagaimana harus memulai semuanya. Ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.