Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merasakan Slow Living di Kota Malang, Mengapa Tidak?

1 Januari 2025   10:21 Diperbarui: 1 Januari 2025   10:21 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Melati di dekat Museum Brawijaya (dokumentasi pribadi)

Dalam keseharian kota kami memang sering macet di titik titik tertentu, terutama saat jam berangkat dan pulang sekolah atau kerja. 

Ya, di kisaran jam setengah tujuh pagi dan jam setengah empat sore banyak jalanan macet, sebutlah jalan Semeru, Kawi, Kahuripan, Sawojajar dan banyak lagi.  Semua serba terburu-buru dan takut terlambat.

Kendaraan umum, mobil pribadi, sepeda motor pribadi, ojek berlomba-lomba. Lalu lintas demikian sesak karena semua diburu waktu. 

Tapi semua pemandangan itu hilang di kala liburan semester plus nataru seperti sekarang ini. Tiba-tiba saja semua terasa begitu lambat. Ritme kehidupan terasa demikian slow.

Beberapa hari yang lalu saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan bersama anak saya.

" Ibuk harus banyak jalan, sehari paling tidak lima ribu langkah, " kata anak saya sesudah membaca sebuah artikel kesehatan. Mungkin ia melihat ibuknya agak malas jalan kaki juga.

"Oke, ayo besok kita jalan",  ajak saya. 

Esok hari setelah bersih-bersih rumah sebentar, jam setengah tujuh pagi kami berangkat jalan-jalan sesuai rencana. Suasana dalam kampung masih sepi, demikian juga di jalan raya depan gang.

Tempat pejalan kaki di Ijen Boulevard (dokumentasi pribadi)
Tempat pejalan kaki di Ijen Boulevard (dokumentasi pribadi)

Beberapa ibu tampak berjalan menuju pasar, pedagang makanan mulai menyiapkan meja untuk menata dagangannya, para penjual sayur keliling mulai stand by di depan gang. Demikian juga penjual kue pukis tampak mulai menyalakan kompor untuk mulai memasak adonannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun