Libur semester adalah saat istimewa di mana saya bisa jalan jalan lebih leluasa dengan anak saya. Setelah pekan penerimaan rapor yang begitu sibuk, hari Minggu kemarin saya diajak anak saya menonton film Mufasa Lion King di Cinnepolis Matos Malang.
Rencana sebenarnya kami ingin melihat Moana 2, tapi karena kehabisan tiket kami putuskan untuk menonton Mufasa The Lion King yang diputar satu jam berikutnya (pukul 15.00 WIB)
Kami sama sama penggemar film Lion King, jadi melihat film ini rasanya juga surprise, karena kami tidak menduga kalau Mufasa juga sedang diputar di bioskop-bioskop di kota Malang.
Film yang disutradarai oleh Barry Jenkins dengan naskah yang ditulis oleh Jeff Nathanson ini menampilkan tokoh-tokoh yang sebelumnya sudah ada di Lion King dengan beberapa tokoh tambahan.
Film yang bercerita dengan latar sabana Afrika ini sangat menarik. Mengapa? Tokoh-tokohnya yang semua merupakan binatang tampil unik sesuai karakter masing-masing.Â
Di film ini kita akan berjumpa kembali dengan tokoh setia di film Lion King sebelumnya seperti Rafiki, Timon, Pumbaa juga Zazu.
Film Mufasa The Lion King ini punya kaitan erat dengan Lion King 1. Jika Lion King 1 bercerita tentang perjuangan Simba merebut tahta dari Scar, maka Mufasa The Lion King bercerita tentang perjuangan Mufasa menjadi raja di Milele atau Pride Land.
Dalam Lion King 1 terdapat tokoh antagonis yang mengusir Simba dari kerajaan ayahnya yaitu Scar. Dengan licik Scar mengusir Simba dari kerajaan dan merebut tahta dari Mufasa.
Ketika melihat Lion King 1 timbul pertanyaan dalam benak saya, jika Scar memiliki tabiat begitu licik, mengapa ia masih 'diberi tempat' oleh Mufasa? Nah, pertanyaan saya itu ternyata terjawab di film Mufasa The Lion King ini.
Film diawali dengan adegan Rafiki yang bercerita pada Kiara, anak Simba tentang sejarah kakeknya yaitu Mufasa. Dengan dilengkapi celoteh Timon dan Pumba, Rafiki pun bercerita masa kecil dan perjuangan Mufasa.
Mufasa kecil sering mendapatkan cerita dari kedua orangtuanya tentang sebuah tempat yang sangat indah bernama Milele. Tempat di mana pepohonan begitu banyak, dan air melimpah sehingga berbagai macam fauna senang tinggal di dalamnya.
Banyak hewan mengatakan bahwa Milele hanyalah dongeng, tapi tidak dengan orangtua Mufasa.
Dalam perjalanan mencari Milele terjadi sebuah tragedi di mana Mufasa hanyut dan terpisah dari kedua orangtuanya.
Mufasa diselamatkan oleh Taka, seekor singa yang begitu ingin mempunyai saudara.
Kehadiran Mufasa dalam keluarga Taka ditolak oleh ayah Taka yaitu Obashi, karena Obashi beranggapan sebagai calon raja Taka tidak boleh bergaul dengan binatang asing.
Namun tidak demikian halnya dengan Eshey, ibu Taka. Eshey menerima kehadiran Mufasa.Â
Dalam sebuah peristiwa pertempuran dengan rombongan singa putih yang dipimpin oleh Kiros, Mufasa telah menyelamatkan Eshey dan hal ini membuat Obashi mulai bisa menerima kehadiran Mufasa.
Ketika rombongan singa putih kembali menyerang, Mufasa dan Taka tak mempunyai pilihan lain selain pergi menyelamatkan diri.
Dalam perjalanan mencari tempat untuk menyelamatkan diri ini Taka merasakan bahwa dalam banyak hal Mufasa mempunyai kelebihan dari dirinya, seperti keberanian, juga insting dalam membaca alam.Â
Kehadiran singa betina Sarabi membuat hubungan keduanya semakin merenggang, bahkan akhirnya putus.
Nah, bagaimana cerita selanjutnya? Mengapa nama Taka berubah menjadi Scar? Melihat sendiri film ini sepertinya lebih menarik.
Berbeda dengan Lion King 1 dan 2 yang merupakan film animasi, Mufasa The Lion King dibuat dengan menyatukan teknis pembuatan film live-action dengan gambar komputer yang realistis.Â
Saya sendiri lebih suka jika filmnya dibuat kartun saja seperti Lion King 1 sebelumnya. Mengapa? Lebih lucu, juga dengan animasi sosok dan karakter masing masing tokoh terlihat jelas.Â
Misal Mufasa yang berwarna kuning oranye, wajahnya menunjukkan singa yang bijaksana. Berbeda dengan Scar yang berwarna keabu-abuan. Tatap mata dan senyumannya menunjukkan bahwa dia singa yang licik dan jahat.
Lepas dari itu, dukungan sound effect yang megah, visual yang cantik, juga lagu-lagu membuat film drama musikal ini ini mempunyai daya tarik tersendiri.
Sebagai pengisi liburan film ini recommended karena selain menghibur juga banyak memberikan pelajaran bagi kita terutama tentang kegigihan, keberanian, kesetiaan dan kasih sayang.
Semoga bermanfaat, Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H