Dari kaleng-kaleng  kompos yang dibuka didapatkan ada kompos yang jadi sesuai dengan ciri di atas , ada pula yang belum jadi dimana tekstur masih lembek, berair , keluar belatung dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Untuk kompos yang sudah jadi, kompos diangin-anginkan untuk selanjutnya diayak. Hasil ayakan dipakai untuk memupuk tanaman sekolah ataupun dikemas lalu dijual dalam acara Market Day.
Untuk yang belum jadi (terlalu lembek dan berbau ) tidak masalah. Pada kompos ditambahkan tanah dan diaduk lalu disimpan kembali untuk beberapa minggu lagi.
Seperti yang pernah diungkapkan saat sosialisasi pembuatan kompos di awal projek, tidak ada kompos yang tidak jadi, hanya waktu matangnya saja yang berbeda.
Ada berbagai hal yang mempengaruhi lamanya pengomposan yaitu ukuran bahan, komposisi karbon dan nitrogen, mikroorganisme, suhu, kelembaban dan aerasi.
Semua bekerja dengan penuh semangat. Para siswa tidak segan-segan bertanya pada guru pendamping ataupun pada ibu-ibu kader lingkungan. Demikian juga, ibu-ibu PKK dengan sabar membantu siswa menangani segala masalah yang ada.
Sungguh sebuah sinergi yang amat baik dalam edukasi pengelolaan sampah untuk pemeliharaan lingkungan sekitar.
Ya, sebagai salah satu negara dengan penghasil sampah terbanyak di dunia pengelolaan sampah adalah sebuah hal yang tidak bisa diabaikan dan pembuatan kompos adalah salah satu caranya.