Pagi itu sekitar 50 anak yang merupakan perwakilan kelas sembilan mengikuti pengarahan di lapangan volly.Â
 Ada yang mengenakan kaos, ada pula yang berseragam pramuka. Pengarahan  diberikan oleh penanggung jawab Projek P5 bersama Ibu-Ibu Kader Lingkungan Kelurahan Samaan Malang
Pengarahan berisi hal apa saja yang harus dilakukan ketika kita membuka kaleng kompos dan memeriksa isinya.
Ya, sesuai yang dijanjikan hari itu kami akan membuka kompos yang sudah dibuat sekitar bulan September yang lalu.
Setelah pengarahan selesai, semua siswa mengenakan masker dan kaos tangan untuk selanjutnya menuju tempat penyimpanan kompos.
Setiap perwakilan kelas segera mengambil kaleng kompos masing-masing dan mulai membukanya.Â
Bau tidak sedap mulai menguar. Meski demikian hal tersebut tidak mengurangi semangat semuanya untuk melihat kompos yang sudah dibuat. Jadi atau tidak jadi? pikir kami penasaran.
 Diterangkan oleh ibu-ibu kader lingkungan bahwa tanda-tanda bahwa pupuk kompos sudah jadi adalah hilangnya bau, perubahan warna menjadi coklat kehitaman, tekstur yang remah, dan tidak panas.
Dari kaleng-kaleng  kompos yang dibuka didapatkan ada kompos yang jadi sesuai dengan ciri di atas , ada pula yang belum jadi dimana tekstur masih lembek, berair , keluar belatung dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Untuk kompos yang sudah jadi, kompos diangin-anginkan untuk selanjutnya diayak. Hasil ayakan dipakai untuk memupuk tanaman sekolah ataupun dikemas lalu dijual dalam acara Market Day.
Untuk yang belum jadi (terlalu lembek dan berbau ) tidak masalah. Pada kompos ditambahkan tanah dan diaduk lalu disimpan kembali untuk beberapa minggu lagi.
Seperti yang pernah diungkapkan saat sosialisasi pembuatan kompos di awal projek, tidak ada kompos yang tidak jadi, hanya waktu matangnya saja yang berbeda.
Ada berbagai hal yang mempengaruhi lamanya pengomposan yaitu ukuran bahan, komposisi karbon dan nitrogen, mikroorganisme, suhu, kelembaban dan aerasi.
Semua bekerja dengan penuh semangat. Para siswa tidak segan-segan bertanya pada guru pendamping ataupun pada ibu-ibu kader lingkungan. Demikian juga, ibu-ibu PKK dengan sabar membantu siswa menangani segala masalah yang ada.
Sungguh sebuah sinergi yang amat baik dalam edukasi pengelolaan sampah untuk pemeliharaan lingkungan sekitar.
Ya, sebagai salah satu negara dengan penghasil sampah terbanyak di dunia pengelolaan sampah adalah sebuah hal yang tidak bisa diabaikan dan pembuatan kompos adalah salah satu caranya.
Pengelolaan sampah, pembuatan kompos adalah sebuah usaha untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, sehingga bumi sebagai tempat tinggal kita satu satunya menjadi bersih, nyaman dan lestari.
Semoga bermanfaat, Salam KompasianaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H