Sekolah sebagai tempat anak bersosialisasi dengan teman sebaya dan guru adalah tempat penting untuk belajar bersopan santun.
Lewat contoh, pembiasaan dan aturan anak diajak untuk belajar tentang sopan santun.
Menurut Ladd (1999), lingkungan sekolah yang positif dapat meningkatkan keterampilan sosial anak dan mengurangi perilaku antisosial, sehingga meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain secara sopan.
Bagaimana dengan masyarakat ?Â
Anak adalah para peniru ulung. Dia akan dengan mudah meniru contoh-contoh apa saja yang ada di sekitarnya. Karenanya masyarakat juga harus memberikan contoh yang baik agar anak bisa meniru yang baik-baik dari lingkungan sekitarnya.
Saya jadi ingat di masa lalu ketika masih sekolah. Saat itu sinergi orang tua, masyarakat dan sekolah dalam pembelajaran sopan santun sangat terasa. Sebagai contoh guru kami tak segan menegur atau memperbaiki sikap siswa yang kurang sopan atau kurang pas.
Jika ada bapak ibu guru bertanya siswa selalu menjawab dengan sopan. Apalagi jika bapak ibu guru kami sudah senior kami sering menjawab atau bercakap dengan bahasa Jawa halus (krama).
Di rumah juga demikian. Berbagai cara bersopan santun diajarkan. Misal jalan di depan orang yang lebih tua harus sedikit membungkuk, menunjuk sesuatu dengan ibu jari , menyerahkan atau menerima sesuatu dengan tangan kanan dan lain-lain.Â
Ketika di antara kami ada yang berbuat kurang sopan atau 'kodoh' ibuk atau bapak langsung mengingatkan dengan berucap ,"Yang sopan... Seperti tidak disekolahkan saja..,"
Jelas, bahwa selain untuk mendapatkan ilmu , anak-anak disekolahkan agar mereka mempunyai tata krama dan perilaku yang baik.Â
Ada sebuah peristiwa yang hingga kini selalu saya ingat. Ketika duduk di kelas dua SD ibuk meminta saya membelikan kerupuk kakap di warung depan rumah, duapuluh lima rupiah.Â