Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Tanpa Smartphone, Memang Bisa?

11 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 11 Agustus 2024   19:56 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedang menggunakan smartphone, sumber gambar: Cantik-Tempo

Bisakah kita hidup tanpa smartphone? Sebuah topik yang sangat menarik dari Kompasiana. Topik ini langsung mengingatkan saya ketika selama empat hari smartphone saya ketlisut. Luar biasa rasanya. 

Ya, tak terasa kehadiran smartphone sudah mengambil peran yang sangat penting dalam kehidupan kita. Dalam berbagai  kepentingan kini kita banyak melibatkan smartphone.

Dengan smartphone arus informasi menjadi demikian cepat. Berbagai berita dari belahan dunia yang lain bisa kita ketahui dalam waktu singkat. 

Komunikasi juga menjadi begitu mudah. Lewat berkirim pesan, ataupun video call  jarak antar manusia terasa begitu dekat.

Jual beli menggunakan smartphone sudah bukan hal yang asing lagi. Termasuk juga penggunaan GPS yang sangat bermanfaat saat kita bepergian ke mana saja.

Kehadiran smartphone juga memberikan banyak perubahan dalam pembelajaran. Penggunaan berbagai macam aplikasi membuat pembelajaran lebih menarik dan gampang dimengerti. 

Melalui browsing berbagai materi yang terkait dengan pembelajaran membuat wawasan keilmuan  semakin bertambah. 

Penggunaan smartphone membuat evaluasi berjalan lebih simpel dan tidak ribet dalam mengoreksi. 

Begitu tes selesai nilai akan muncul dan guru tinggal menganalisis, melakukan remidial dan pengayaan. Benar-benar memberikan kemudahan.

Banyaknya manfaat dari smartphone membuat kita sangat bergantung pada benda kecil ini. Bagaimana tidak? Dengan satu smartphone kita bisa memperoleh 'semuanya'. Mulai komunikasi, informasi, edukasi hingga hiburan. 

Ketergantungan  yang begitu tinggi pada smartphone bisa saya rasakan ketika suatu hari HP atau smartphone saya ketlisut. 

Smartphone, satu benda dengan berbagai fungsi,  sumber gambar: Harmoni Permata
Smartphone, satu benda dengan berbagai fungsi,  sumber gambar: Harmoni Permata

Ketika itu saya menjadi anggota panitia dari sebuah event sekolah. Sesudah rapat, tak sadar HP saya ketinggalan di meja, dan karena bentuknya sama persis dengan punya teman, HP saya dimasukkan ke dalam tas lnya.

Waktu rapat HP saya dalam kondisi lowbat, dan ketika 'ketlisut' baterainya habis. Klop sudah. HP tidak bisa dideteksi berada di mana.

Bagaimana rasanya beberapa hari hidup tanpa HP? Luar biasa. 

Empat hari  tanpa smartphone catatan saya adalah sebagai berikut: 

1. Saya tak bisa berkirim pesan dengan teman, otomatis koordinasi dengan tim panitia event sekolah hanya bisa dilakukan secara offline. Jadi saat di rumah saya  fokus pada pekerjaan rumah. Masalah sekolah dibicarakan besok di sekolah.

2. Tidak tahu informasi jika besok ada rapat mendadak. Pemberitahuan tentang adanya rapat  kadang diberikan satu hari sebelumnya. Itupun sore hari. Sebenarnya hal yang tidak menyenangkan, tapi hal tersebut dilakukan jika rapat bersifat penting.

3. Karena tidak tahu akan ada rapat, akhirnya berdampak pada pelaksanaan pembelajaran di kelas. Ketika ada rapat, biasanya dilakukan pengurangan jam pelajaran. Karenanya alokasi waktu dengan rencana tidak match, dan berakibat jalannya pembelajaran jadi agak ngebut hari itu.

Ilustrasi pembelajaran dengan smartphone, sumber gambar: Tek.id
Ilustrasi pembelajaran dengan smartphone, sumber gambar: Tek.id

4. Salah kostum. Duh, ini yang paling menjengkelkan. Setiap tanggal 25 kami harus mengenakan seragam PGRI. 

Nah, hal tersebut selalu diingatkan sehari sebelumnya lewat grup kedinasan. 

Karena tidak ada HP, dan saya juga lupa kalau hari itu tanggal 25, akhirnya semua teman berbaju PGRI dan saya sendiri mengenakan batik bebas. Walah...

5. Tidak bisa dihubungi wali murid ketika ada siswa yang tidak masuk. Padahal di masa sekarang jika ada siswa tidak masuk izin cukup disampaikan lewat WhatsApp ke wali kelas, dan surat baru dibawa saat siswa masuk.

Itu masih urusan sekolah, urusan belanja beda lagi. Saya tidak bisa pesan masakan di warung . Ah ya, jika pulang sore saya biasa pesan masakan di warung via wa, pulangnya tinggal bayar dan ambil. 

Karena tidak bisa pesan sebelumnya, pulang sekolah saya harus cepat-cepat mampir warung. Jika kehabisan, mau tidak mau harus mampir pasar, beli bahan dan masak.

Kondisi tanpa HP hanya berlangsung  sampai empat hari. Di hari kelima HP saya ditemukan ketika teman saya akan berganti tas. 

"Ini pasti punya Ibu," kata teman saya sambil menyerahkan benda kecil gepeng itu.

"Subhanallah... terima kasih ya..," seru saya senang. Untung teman saya ganti tas . Kalau tidak, saya tidak tahu kapan HP saya akan kembali. Beli HP baru memang sudah masuk dalam rencana saya. Tapi nunggu uangnya dulu..

Empat hari yang luar biasa. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil saat itu. Terutama 

betapa ketergantungan saya terhadap smartphone begitu tinggi dan hal tersebut harus saya kurangi. 

Namun sebenarnya juga ada hal positif yang  saya rasakan ketika saya jauh dari smartphone. Di antaranya waktu ngobrol dengan anak semakin panjang. 

Kami yang biasanya sibuk sendiri setelah jam 8 ke atas sekarang bisa nonton TV bareng sambil diskusi ngalor ngidul.

Ilustrasi berbelanja langsung, sumber gambar: Medcom.id
Ilustrasi berbelanja langsung, sumber gambar: Medcom.id

Saya jadi bisa bertemu lebih lama  dengan Mbak Wati, pemilik warung langganan saya. Biasanya saya hanya bayar, ambil belanjaan terus pulang. Sekarang saya bisa mendengar cerita-cerita Mbak Wati. Ya, Mbak Wati yang semakin subur karena dagangannya semakin laris.

Dalam empat hari itu dua novel habis saya baca, dan koreksian tugas anak- anak bisa saya habiskan. Amazing.  Padahal biasanya satu novel perlu sekitar empat atau lima hari.

Akhir kata, di masa sekarang ini adalah sulit menghindar dari smartphone dalam berbagai urusan kita. Tapi ada baiknya kita mulai mengurangi ketergantungan pada benda ini. 

Sulit? Jelas. Tapi bisa kita mulai dengan melakukan berbagai kegiatan sederhana tanpa smartphone . Seperti belanja langsung di warung terdekat, menyapa tetangga, bahkan bergurau atau ngobrol dengan teman.

Mari kita gunakan smartphone secara bijak. Jangan sampai kehadiran smartphone membuat kita  semakin jauh dengan orang sekitar kita, tidak fokus dengan pekerjaan yang kita lakukan, bahkan kehilangan momen berharga bersama orang orang tercinta .

Semoga bermanfaat dan Salam Kompasiana..:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun