"Mbak Diana.., assalamualaikum,"Â
Sebuah suara terdengar begitu renyah menyapa. Â Mbak Miska, sang pemilik suara langsung masuk rumah. Demi melihat kue lumpur yang 'menul-menul' di meja Mbak Miska berseru,
"Walah, cantiknya .. lumpurku.,"Â
Diana yang sedang memasukkan kue lumpur dalam tenong menghentikan pekerjaannya sejenak.Â
"Lha iya lah .. yang buat yo cantik kok..., " katanya sambil tertawa.
"Lebih cantik yang pesen," timpal Mbak Miska. Tawa keduanya kembali berderai.
Sepeninggal Mbak Miska Diana langsung menuju ke dapur. Sedapnya kopi yang dibuatkan Yeni langsung menggelitik hidungnya dan membangkitkan simpul-simpul syaraf ingatannya.Â
Ya, ingatan pada kenangan lama yang membuatnya jadi seperti ini.
Hari- hari Diana selalu diwarnai dengan berbagai kesibukan membuat kue. Ya, kue dan kue. Putu ayu, donat, Â cake , lapis, roti kukus tak henti-henti keluar dari dapurnya.Â
Aroma dapurnya adalah wujud optimisme dalam rumahnya. Aroma yang menunjukkan bawa roda ekonominya terus berputar .