Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

PPDB Zonasi, Ujian Nasional, dan Motivasi Belajar Siswa

11 Juni 2024   14:29 Diperbarui: 12 Juni 2024   07:46 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa belajar di sekolah, sumber gambar: Amanat.id

Hari itu ada diskusi yang menarik di grup WhatsApp kami. Grup yang berisi para walikelas mulai kelas tujuh sampai sembilan.

Diskusi berkisar pada masalah pengambilan SKL (Surat Keterangan Lulus) siswa kelas sembilan.

Esok hari adalah saat pengambilan SKL , dan yang mengambil adalah orang tua siswa. Berkaitan dengan hal tersebut dan ada beberapa orang tua yang meminta izin.

Ada yang tidak bisa mengambil SKL, tidak bisa mengambil sesuai dengan jam yang ditentukan, atau minta supaya diperbolehkan yang mengambil anaknya saja. Hal yang tidak pernah terjadi di masa lalu.

Teman yang mendapatkan WhatsApp dari orang tua ini mengeluh, "Kenapa ya orang tua siswa sekarang kurang bersemangat mengambil pengumuman hasil belajar anaknya. Lha kalau orang tua tidak semangat, bagaimana dengan anaknya?"

Guru lain menjawab dengan nada bergurau , "Lha 'kan dia sudah tahu bahwa dia pasti diterima di sekolah yang diinginkan? Lagi pula SKL kan tidak diperlukan untuk PPDB?"

Siswa yang dimaksud memang rumahnya sangat dekat dengan sebuah SMA Negeri yang termasuk favorit. Jadi meski dia bermasalah dalam artian sering tidak mengerjakan tugas ataupun tidak masuk, ia tidak perlu khawatir. Begitu lulus, dengan sistem zonasi ia pasti diterima di SMA tersebut.

Beberapa anggota grup lalu menjawab dengan emoticon yang bermacam-macam. Ada senyum, tawa, tawa sampai menangis, juga senyum sambil menangis.

Sebagai informasi SKL atau surat Keterangan Lulus adalah surat yang berisi keterangan bahwa siswa sudah lulus dari sekolah. Di dalamnya dicantumkan nilai-nilai yang merupakan gabungan dari nilai ujian praktik dan ujian tulis semua mapel. Nilai-nilai di SKL itu yang nanti akan dicantumkan di ijazah.

Perlu digaris bawahi bahwa meski menggambarkan perjuangan siswa selama ujian di tingkat akhir, nilai-nilai ini tidak ada pengaruhnya dalam PPDB.

Ilustrasi siswa belajar di sekolah, sumber gambar: Amanat.id
Ilustrasi siswa belajar di sekolah, sumber gambar: Amanat.id

Ada beberapa jalur dalam PPDB. Ada jalur prestasi baik akademik maupun non akademik, afirmasi, mutasi dan yang paling banyak porsinya adalah jalur zonasi (50%).

Sesuai namanya penerimaan siswa lewat jalur prestasi mempertimbangkan berbagai sertifikat siswa dari hasil lomba (non akademik) maupun prestasi dari nilai rapor (akademik). Sedangkan jalur zonasi yang dilihat adalah murni dari jarak rumah siswa ke sekolah. Dengan kata lain penerimaan siswa lewat jalur zonasi sama sekali tidak memperhatikan nilai siswa.

Nah, inilah yang akan saya bahas dalam tulisan ini. Setelah dilaksanakan selama sekian tahun secara bertahap, PPDB jalur zonasi membawa banyak perubahan. 

Dampak positifnya semakin banyak masyarakat sekitar sekolah yang bisa diterima, biaya transportasi sekolah yang semakin ringan termasuk juga home visit yang semakin mudah dilakukan sekolah.

Kerja kelompok antar siswa di luar jam sekolah juga lebih mudah dilakukan karena rumah mereka berdekatan

Namun selain hal positif di atas, ada juga hal negatif yang didapat dengan pelaksanaan PPDB zonasi, dan salah satunya adalah menurunnya motivasi siswa untuk belajar.

Ilustrasi siswa kurang motivasi dalam belajar, sumber gambar: warnasulsel
Ilustrasi siswa kurang motivasi dalam belajar, sumber gambar: warnasulsel

Bisa dimaklumi. Untuk apa mendapatkan nilai yang tinggi? Bukankah saat PPDB yang dilihat hanya jarak? Bagi siswa yang malas dan kebetulan rumahnya dekat dengan sekolah, sistem ini adalah berkah. Benar, seperti siswa yang saya contohkan di awal tulisan ini.

Kehadiran sistem zonasi merupakan 'musibah' bagi siswa yang pintar, namun tinggal jauh dari sekolah yang diinginkan. Siswa semacam ini biasanya membidik sekolah lewat jalur prestasi akademik, tapi inipun tidak mudah. Di samping prosentase jalur ini tidak begitu besar, persaingan nilai rapor juga berat. 

Sistem pemberian nilai rapor antara sekolah satu dengan yang lain yang menjadi penyebabnya. Ada sekolah yang 'murah' dalam memberikan nilai, ada pula yang 'mahal'. Dan melihat syarat PPDB jalur akademik yang banyak memperhatikan nilai rapor semester 1-5, ada trend sekolah berlomba-lomba memberikan nilai yang tinggi di rapor. 

Maka jangan heran jika nilai rapor siswa sekarang jauh lebih bagus daripada siswa zaman dulu

Jika zaman dulu nilai 80 atau 85 di rapor sudah bagus, zaman sekarang nilai di kisaran 80 terbilang biasa saja atau bahkan kurang bagus. Nilai 80 atau lebih sedikit biasanya diberikan pada siswa yang sudah berkali kali remidi (karena KKTP/KKM nya 80).

Ilustrasi pentingnya menjaga motivasi belajar siswa, dokumentasi pribadi 
Ilustrasi pentingnya menjaga motivasi belajar siswa, dokumentasi pribadi 

Turunnya motivasi belajar siswa semakin diperparah dengan penghapusan UN dan diganti dengan ANBK. 

Di satu sisi penghapusan UN mempunyai dampak yang sangat bagus. 

Tidak adanya Ujian Nasional membuat banyak perubahan dalam iklim belajar di sekolah. 

Karena tidak terlalu dikejar target harus segera menyelesaikan materi, guru lebih leluasa dalam mengembangkan pembelajaran dan berakibat siswa lebih enjoy dalam belajar,

Ujian sekolah sebagai salah satu syarat kelulusan bukan sesuatu yang menakutkan. Ujian dijalankan dengan gembira. Tidak ada lagi pengawasan silang antar sekolah. Tidak ada lagi beberapa tipe soal yang berbeda dalam satu ruangan. 

Try out ataupun bimbel di sekolah untuk menghadapi ujian sudah tidak dijumpai. Tidak ada lagi pembelajaran khusus pada siswa dengan kemampuan rendah supaya mereka bisa mengerjakan ujian dengan baik. 

Hal yang sangat menyenangkan, suasana menjelang ujian demikian 'cair'. Ujian dihadapi dengan gembira dan siswa tidak begitu terbebani harus mendapat nilai dengan standar tertentu.

Santai sajalah, ikuti prosesnya.. pasti lulus, demikian seloroh siswa yang pernah saya dengar.

Nah, apa akibatnya? Keinginan siswa untuk mendapatkan nilai tinggi sangat menurun. Jika dulu sesudah ujian akan ada beberapa siswa yang saling berdiskusi tentang soal yang baru dikerjakan, sekarang hal tersebut sudah sangat jarang terjadi.

Lha untuk apa? Mendapat nilai ujian tinggi juga tidak menjamin siswa diterima di sekolah yang diinginkan. Bahkan pernah dalam sebuah kesempatan penerimaan SKL, seorang wali murid bertanya pada saya. "Bu, nilai ini untuk apa ya?" 

Wajar pertanyaan tersebut muncul karena sebelum penerimaan SKL mereka sudah verifikasi nilai untuk PPDB dengan menggunakan nilai rapor semester 1-5.

Akhirnya ada banyak hal baik yang bisa diperoleh dari pelaksanaan sistem zonasi dan peniadaan Ujian Nasional, namun hal buruknya juga tidak dapat diabaikan begitu saja. 

Adalah hal yang sangat melegakan ketika UN tidak dijadikan syarat kelulusan siswa, tapi penghapusan UN dan diganti dengan ANBK membuat siswa semakin merasa "nyaman", mengingat peserta ANBK bukan seluruh siswa tapi hanya 45 orang saja. 

Setelah sekian tahun melaksanakan PPDB zonasi dan meniadakan UN kiranya perlu dilakukan penelitian tentang apa yang terjadi di lapangan, agar bisa dilakukan terobosan agar motivasi belajar siswa tidak terus menurun.

Ilustrasi siswa semangat dalam belajar untuk mencapai nilai yang maksimal, Sumber gambar: Brilio.net
Ilustrasi siswa semangat dalam belajar untuk mencapai nilai yang maksimal, Sumber gambar: Brilio.net

Harapannya jangan sampai peniadaan UN yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sistem zonasi yang dilaksanakan dengan semangat pemerataan mutu pendidikan, justru melemahkan motivasi belajar siswa.

Tentang zonasi, perlu kita catat bahwa di awal pelaksanaannya di tahun 2016 semangatnya adalah agar mutu pendidikan semakin merata. Tidak ada kesenjangan mutu pendidikan antar sekolah di Indonesia.

Kalimat yang sering digaungkan saat itu adalah tidak ada sekolah unggulan karena semua sekolah adalah unggul. 

Tapi jika motivasi belajar siswa semakin lemah, yang dikhawatirkan di lapangan adalah dengan sistem ini tidak ada sekolah unggulan karena semua sekolah tidak unggul.

Majulah pendidikan Indonesia dan salam edukasi:)

Sebuah catatan di akhir tahun pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun