Pak Mus tertawa. "Sabar...sabar... Semua pasti kebagian," katanya bak iklan di televisi zaman dulu.
Satu demi satu Pak Mus membagikan bungkusan pada ibu-ibu. Bungkusan yang sangat sederhana. Dengan lapisan kertas coklat yang zaman dulu sering digunakan untuk sampul buku dan bertuliskan nama masing-masing Ibu-ibu langganannya.
"Selamat Lebaran Ibu-ibu...," kata Pak Mus dengan senyumnya yang tak pernah ketinggalan.
"Suwun Pak Mus...Mudah-mudahan rezekinya lancar..Sering-sering kasih parcel ya....," jawab Ibu-ibu senang.Â
Acara belanja semakin gayeng. Ibu-ibu semakin semangat memilih barang kebutuhannya, dan Pak Mus melayani mereka dengan begitu sabarÂ
Membaca topik Ramadhan Bercerita kali ini yaitu tentang Bingkisan Lebaran, membuat saya teringat pada Pak Mus, langganan sayur kami. Pak Mus yang setiap hari selalu menyapa kami di depan gang untuk melayani kami berbelanja.Â
Langganan Pak Mus sangat banyak, karena dia sangat ramah dan sabar. Sabar dalam artian bisa meladeni semua keinginan kami (misal minta tolong membersihkan ikan segar, membersihkan kulit ayam dan lainnya), juga sabar melayani kami yang kadang uangnya kurang sehingga harus 'nyatet'.
Setiap menjelang Lebaran Pak Mus selalu memberi bingkisan hadiah pada kami para pelanggannya. Tidak mahal memang isinya, tapi cukup membuat kami senang.
Dari Pak Mus saya pernah mendapat hadiah sebuah mangkok sayur, panci ataupun minyak goreng. Pak Mus selalu memberikan hadiah yang berbeda bagi setiap orang sesuai dengan kebutuhan dan besar belanjaannya tiap hari.Â
Sebagai contoh Bu Mansur yang belanjanya biasa-biasa saja seperti saya mendapat hadiah mangkok sayur, Mbak Yuni yang belanjanya banyak karena punya kos- kosan mendapat bingkisan panci susun, Mbak Nina yang baru melahirkan sebulan lalu mendapat hadiah selimut bayi. Aha..