Ketika anak-anak masih kecil, saat berbuka ibuk selalu menjadi komandan utama. Mulai dari memasak, menyiapkan makanan dan minuman di meja, menemani mereka ngobrol saat makan sampai bersih-bersih sesudah makan.Â
Empat anak saya dengan ringan tangan akan membantu,tapi yang mengatur semua tetap ibuk.
Sesudah berbuka, kami akan bersih- bersih bersama lalu melakukan persiapan sholat taraweh di langgar. Semua berjalan seperti itu dari hari ke hari.
Nah,  ketika saya harus keluar rumah karena menghadiri undangan buka bersama, anak- anak sebenarnya bisa melakukan persiapan buka sampai bersih-bersih sesudahnya, tapi kurang  gayeng. Enakan kalau ada ibuk, kata mereka.
Itulah sebabnya ketika saya mendapat undangan berbuka bersama, biasanya anak-anak menyambut dengan kurang antusias. Komentar yang muncul selalu : Yah, buka nya tidak sama ibuk dong...?Â
Buka bersama di luar membuat kegiatan saya terasa agak ribet.Â
Misal karena harus mendampingi bukber siswa di sekolah saat Pondok Ramadhan, maka persiapan buka di rumah harus saya lakukan lebih awal.
Jika biasanya saya mulai memasak jam empat sore, ketika ada undangan saya harus masak jam dua atau tiga, karena jam empat saya harus berangkat ke sekolah.Â
Untuk menyiasati kadang saya membeli makanan di warung, tapi ya tetap terasa ribet karena saat puasa warung buka sesudah ashar.
Bagaimana kini saat anak-anak sudah besar? Semua tidak seribet dulu. Sekarang saya di rumah hanya bersama anak yang paling kecil, otomatis acara buka di rumah jadi lebih simpel.