Buka bareng teman lama ? Hmm, sebuah hal yang sangat menyenangkan. Betapa tidak? Â
Kita akan berjumpa dengan teman yang sudah lama terpisah.Â
Bertemu teman lama berarti bernostalgia, cerita ke sana ke sini sambil menertawakan kekonyolan kita di masa lalu.
Bertemu teman lama membuat cerita mengalir tidak ada habisnya. Apalagi jika bertemu teman yang benar benar cocok atau dulunya satu gang. Woow... Seharipun tak cukup rasanya buat saling bercerita.
Ada banyak manfaat dari buka bersama teman lama, di antaranya menyambung tali silaturahmi, menghilangkan stress, membuka komunikasi yang canggung, bahkan membuka relasi yang bisa membuka pintu rezeki.Â
Ya, bukankah ada hadits yang mengatakan: "Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturrahim." (HR Bukhari) ?Â
Buka bersama teman lama akan terasa menyenangkan jika kita tidak memandang status ekonomi teman -teman kita dalam pelaksanaannya.Â
Intinya kita bertemu karena ingin bertemu sebagai teman, titik. Kita bertemu karena kangen dan ingin saling berbagi cerita masa lalu.
Meski buka bareng teman lama adalah sesuatu yang mengasyikkan, mendatangi acara buka bersama bukan sesuatu yang menyenangkan bagi saya. Mengapa?Â
Sejujurnya di bulan puasa saya kurang suka berbuka di luar. Apa lagi ketika anak-anak masih kecil.
Ketika anak-anak masih kecil, saat berbuka ibuk selalu menjadi komandan utama. Mulai dari memasak, menyiapkan makanan dan minuman di meja, menemani mereka ngobrol saat makan sampai bersih-bersih sesudah makan.Â
Empat anak saya dengan ringan tangan akan membantu,tapi yang mengatur semua tetap ibuk.
Sesudah berbuka, kami akan bersih- bersih bersama lalu melakukan persiapan sholat taraweh di langgar. Semua berjalan seperti itu dari hari ke hari.
Nah,  ketika saya harus keluar rumah karena menghadiri undangan buka bersama, anak- anak sebenarnya bisa melakukan persiapan buka sampai bersih-bersih sesudahnya, tapi kurang  gayeng. Enakan kalau ada ibuk, kata mereka.
Itulah sebabnya ketika saya mendapat undangan berbuka bersama, biasanya anak-anak menyambut dengan kurang antusias. Komentar yang muncul selalu : Yah, buka nya tidak sama ibuk dong...?Â
Buka bersama di luar membuat kegiatan saya terasa agak ribet.Â
Misal karena harus mendampingi bukber siswa di sekolah saat Pondok Ramadhan, maka persiapan buka di rumah harus saya lakukan lebih awal.
Jika biasanya saya mulai memasak jam empat sore, ketika ada undangan saya harus masak jam dua atau tiga, karena jam empat saya harus berangkat ke sekolah.Â
Untuk menyiasati kadang saya membeli makanan di warung, tapi ya tetap terasa ribet karena saat puasa warung buka sesudah ashar.
Bagaimana kini saat anak-anak sudah besar? Semua tidak seribet dulu. Sekarang saya di rumah hanya bersama anak yang paling kecil, otomatis acara buka di rumah jadi lebih simpel.
Sekarang buka bareng teman lama kadang saya lakukan, bersama teman SD atau SMA. Meski hanya satu atau kali dalam satu Ramadhan,  paling tidak bisa sebagai pengobat rindu dan tertawa bersama sambil mengenang masa lalu.
Salam Ramadhan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H