Pujon adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang yang berdekatan dengan Kota Batu. Berlokasi di dataran tinggi membuat Pujon mempunyai hawa yang dingin dan sejuk sehingga memungkinkan penduduknya banyak yang  berusaha di bidang hortikultura.
Hasil utama Pujon adalah sayuran, buah buahan, bunga juga susu.
Seperti halnya Batu, Pujon juga kaya dengan daerah wisata. Nah, dalam tulisan kali ini saya akan menceritakan kunjungan kami ke Paralayang Batu dan Taman Langit, sebuah tempat wisata di ketinggian yang menyimpan pesona luar biasa.
******
Azan Ashar baru saja berkumandang ketika mobil kami memasuki tempat parkir Paralayang Batu yang terletak di kawasan Gunung Banyak.
Dari berbagai sumber diperoleh keterangan bahwa tempat wisata ini berada di ketinggian 1315 mdpl, sehingga hawanya begitu sejuk.
Paralayang Batu adalah salah satu tempat paralayang terbaik di Indonesia. Yang menjadi ciri khasnya adalah lintasannya yang panjang dan pemandangan yang begitu indah di sekitarnya.
Ya, dari atas ketinggian kita bisa melihat panorama pegunungan yang mengelilingi kota Batu. Benar-benar menakjubkan.
Karena tidak puas melihat dari jauh kami mencoba melihat para wisatawan yang mencoba naik paralayang ini. Wih, benar-benar sebuah olah raga yang memerlukan keberanian tinggi.
Betapa tidak? Bergantungan sendiri di angkasa dengan badan terombang-ambing oleh angin. Sementara arah paralayang hanya bisa dikendalikan oleh gerakan dua tangan kita.
Melihat dari dekat persiapan para penerbang paralayang  membuat kami tahu betapa persiapan yang harus dilakukan sebelum terbang dengan paralayang memerlukan kecermatan.
Dari berbagai sumber saya memperoleh keterangan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum terbang dengan paralayang. Di antaranya adalah:
1. Perhatikan cuaca. Ini hal utama. Kita harus mencermati kecepatan angin dan kondisi awan. Kecepatan angin  yang ideal untuk olahraga paralayang tidak boleh melebihi 25 km/jam. Melalui kondisi awan bisa dilihat apakah akan terjadi hujan atau badai. Berarti semakin berawan, harus semakin hati-hati berparalayang.
2. Perhatikan parasut. Ada berbagai macam ukuran parasut. Pilih ukuran parasut sesuai dengan berat badan.
3. Lakukan manuver sesuai kemampuan.
4. Perhatikan kondisi kesehatan. Penerbang paralayang harus dalam kondisi sehat, tidak boleh sakit ataupun berada di bawah pengaruh minuman beralkohol.
Bagi wisatawan yang berani mereka bisa terbang sendiri, sedangkan bagi yang tidak berani (pemula) disediakan tandem yang menemani mulai dari terbang sampai mendarat lagi.
Apakah saya mencoba? Jelas tidak..! Melihat penerbang paralayang yang melakukan start saja sudah 'semriwing' rasanya. He..he..
Usai berjalan-jalan dan berfoto, kami segera melanjutkan perjalanan ke Taman Langit.
Lokasi Taman Langit bersebelahan dengan Paralayang Batu.
Mendengar kata Taman Langit yang tergambar dalam benak saya adalah sebuah tempat yang indah di tempat yang tinggi. Dan ternyata itu benar..
Taman Langit menyimpan keindahan yang luar biasa. Istimewanya, disamping indah dan banyak spot foto menarik, Taman Langit juga mengajak pengunjungnya  memasuki  dunia fantasi atau dunia dongeng melalui patung patung yang ada di dalamnya.
Setiap patung mengandung kisah- kisah kisah tertentu yang diterangkan di sebelahnya.
Memasuki gapura, kami langsung disambut dengan dua patung garuda di kiri kanan pintu masuk. Keduanya seolah siap mengawal kami untuk mengeksplor keindahan di dalam taman langit.
Jalan berpaving dengan kiri kanan penuh dengan bunga benar- benar terasa menyejukkan mata. Semua tertata apik dan cantik.
Tidak semua tempat bisa kami eksplor. Ya, tempatnya begitu luas. Â Berkali-kali kami duduk menikmati alam sekitar dan menyesap keindahan Taman Langit yang luar biasa.
Dari sekian banyak patung yang ada, Â beberapa di antaranya yang sempat kami kunjungi adalah :
1. Tigan Sigar Menga (Telur Pecah),  yang menggambarkan tentang  kelahiran Sanghyang Antaga (Batara Togog), Sanghyang Ismaya (Batara Semar)  dan Sanghyang Manikmaya (Batara Guru). Kisah yang sangat akrab dengan masyarakat Nusantara.
2. Dwala Hamsaria (Angsa Putih yang Anggun). Kehadiran angsa di sini adalah pengingat bahwa zaman dahulu di sekitar Gunung Banyak ini terdapat banyak angsa ( dalam bahasa Jawa, banyak = angsa).
Dalam berbagai dongeng disebutkan bahwa  angsa putih adalah binatang surgawi yang dicintai para dewa. Kepak sayap angsa putih melambangkan perjalanan ke surga menuju alam  keabadian.
3. Batari Lengleng Mulat (Dewi Lengleng Mandanu). Patung ini menceritakan salah satu bidadari dalam cerita Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari. Bidadari ini demikian cantik dan penuh pesona sehingga di Kahyangan pun ia menjadi rebutan para dewata.
Selain cantik Batari Lengkeng Mulat juga penuh perhatian dan kasih sayang pada sesama. Ini ditunjukkan dengan gerakan tangannya menyapa burung dan tangan satunya seolah siap mengajak bergandengan tangan siapa saja.
Masih banyak patung yang lain. Bukan dari khazanah dongeng Nusantara saja, bahkan dari luar negeri, seperti adanya patung Tinker Bell di Taman Langit.
Kami terus menyusuri jalan berpaving. Para pengunjung tampak berfoto dan berfoto. Semua sudut begitu indah dan sayang jika tidak diabadikan.
Menjelang pukul empat sore kabut mulai muncul. Pemandangan sekitar kami mulai tampak buram. Â Bergegas kami akhiri perjalanan dan segera menuju mobil.
Hmm, perjalanan yang begitu manis. Duduk sebentar, sembari menyesap keindahan alam dalam diam, sungguh membuat kami semakin takjub akan segala kebesaran Nya.
Selamat tinggal Paralayang Batu dan Taman Langit... Di liburan mendatang Insya Allah kami akan segera kembali.
Salam jalan-jalan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H