2. Dwala Hamsaria (Angsa Putih yang Anggun). Kehadiran angsa di sini adalah pengingat bahwa zaman dahulu di sekitar Gunung Banyak ini terdapat banyak angsa ( dalam bahasa Jawa, banyak = angsa).
Dalam berbagai dongeng disebutkan bahwa  angsa putih adalah binatang surgawi yang dicintai para dewa. Kepak sayap angsa putih melambangkan perjalanan ke surga menuju alam  keabadian.
3. Batari Lengleng Mulat (Dewi Lengleng Mandanu). Patung ini menceritakan salah satu bidadari dalam cerita Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari. Bidadari ini demikian cantik dan penuh pesona sehingga di Kahyangan pun ia menjadi rebutan para dewata.
Selain cantik Batari Lengkeng Mulat juga penuh perhatian dan kasih sayang pada sesama. Ini ditunjukkan dengan gerakan tangannya menyapa burung dan tangan satunya seolah siap mengajak bergandengan tangan siapa saja.
Masih banyak patung yang lain. Bukan dari khazanah dongeng Nusantara saja, bahkan dari luar negeri, seperti adanya patung Tinker Bell di Taman Langit.
Kami terus menyusuri jalan berpaving. Para pengunjung tampak berfoto dan berfoto. Semua sudut begitu indah dan sayang jika tidak diabadikan.
Menjelang pukul empat sore kabut mulai muncul. Pemandangan sekitar kami mulai tampak buram. Â Bergegas kami akhiri perjalanan dan segera menuju mobil.
Hmm, perjalanan yang begitu manis. Duduk sebentar, sembari menyesap keindahan alam dalam diam, sungguh membuat kami semakin takjub akan segala kebesaran Nya.
Selamat tinggal Paralayang Batu dan Taman Langit... Di liburan mendatang Insya Allah kami akan segera kembali.