Jika sebelumnya masalah siswa banyak didominasi oleh masalah ekonomi, sekarang banyak masalah yang timbul dilatarbelakangi oleh masalah perceraian atau pertengkaran keluarga.
Menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Indonesia pada tahun 2022 terus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2021 angka perceraian mencapai mencapai 447.743 kasus, maka pada tahun 2022 angka meningkat menjadi 516.334 kasus (meningkat 15,31%).
Penyebab perceraian pada tahun 2022 tersebut bermacam-macam. Ada yang dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi, salah satu pihak meninggalkan, kekerasan dalam rumah tangga, hingga poligami.
Namun dari semua penyebab, yang mendominasi penyebab perceraian adalah perselisihan dan pertengkaran.Â
Tingginya kasus perceraian memicu banyaknya siswa yang bermasalah di sekolah.
Ya, perceraian selalu memberikan dampak buruk bagi anak. Berdasarkan pengalaman saya selama menjadi walikelas , akibat dari perceraian bagi anak adalah:
1. Turunnya kemampuan akademik
Di samping karena kurangnya bimbingan dan waktu yang berkualitas dari salah satu orangtua, perubahan kondisi perekonomian keluarga akibat perceraian bisa menjadi hambatan bagi anak dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Anak lebih menarik diri dalam pergaulan.Â
Ada rasa tidak nyaman pada diri anak ketika teman-temannya bercerita tentang kondisi keluarganya. Karenanya supaya anak yang lain tidak bertanya tentang kondisi keluarganya maka ia akan menarik diri dalam pergaulan.