Dino menatap soal hitungan di depannya dengan segan. Sungguh, ia tak suka dengan pelajaran ini. Pelajaran yang menurut banyak temannya mudah, tapi tidak menurut dia.
"Ayo Dino, dicoba dulu,"kata Bu Wulan lembut. Dino tersentak, dikeluarkan lagi jemarinya untuk menghitung. Bu Wulan menghela nafas. Untuk usia SMP menghitung dengan jari seharusnya sudah tidak perlu dilakukan.Â
Akhir-akhir ini Dino benar-benar mengalami masalah dalam pembelajaran di sekolah. Nilai-nilainya merosot drastis. Ulangan hampir selalu mendapat nilai di bawah KKM. Remidi adalah hal yang sering dijalaninya.Â
Padahal sebelumnya Dino bukan anak yang bodoh. Bahkan ketika SD, Dino beberapa kali mewakili sekolah dalam lomba mapel antar sekolah.Â
Melihat Dino yang selalu murung dan nilai-nilainya tidak menggembirakan, wali kelas dan BK segera bertindak. Setelah diadakan pendekatan dan wawancara, baru terbuka masalahnya bahwa orangtua Dino baru saja bercerai.
Ayah Dino rupanya sudah menikah lagi dan tinggal di luar kota. Karena sakit hati, ibu Dino melakukan tindakan balasan dengan cara membina hubungan baru dengan orang lain. Sementara itu Dino yang anak tunggal dititipkan pada neneknya.
Dino bercerita bahwa dia sering kesepian karena harus tinggal berdua saja dengan nenek. Ayah dan ibunya jarang sekali berkirim kabar atau sekadar menanyakan keadaan Dino. Dino benar-benar merasa terbuang dan tak dikehendaki oleh dua orang yang begitu dicintainya.
Akibat kesepian dan rasa sedih, Dino sering mengurung diri di kamar. Belajar? Tidak. Semangat belajar seakan terbang begitu saja. Dino berpikir, tidak ada lagi yang bangga atas prestasi sekolahnya nanti.
Di atas adalah contoh masalah siswa di sekolah yang ditimbulkan oleh perceraian orangtua. Dari pengamatan saya sebagai wali kelas, jumlah siswa yang bermasalah disebabkan oleh perceraian orangtuanya mempunyai kecenderungan terus bertambah.Â
Jika sebelumnya masalah siswa banyak didominasi oleh masalah ekonomi, sekarang banyak masalah yang timbul dilatarbelakangi oleh masalah perceraian atau pertengkaran keluarga.
Menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Indonesia pada tahun 2022 terus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2021 angka perceraian mencapai mencapai 447.743 kasus, maka pada tahun 2022 angka meningkat menjadi 516.334 kasus (meningkat 15,31%).
Penyebab perceraian pada tahun 2022 tersebut bermacam-macam. Ada yang dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi, salah satu pihak meninggalkan, kekerasan dalam rumah tangga, hingga poligami.
Namun dari semua penyebab, yang mendominasi penyebab perceraian adalah perselisihan dan pertengkaran.Â
Tingginya kasus perceraian memicu banyaknya siswa yang bermasalah di sekolah.
Ya, perceraian selalu memberikan dampak buruk bagi anak. Berdasarkan pengalaman saya selama menjadi walikelas , akibat dari perceraian bagi anak adalah:
1. Turunnya kemampuan akademik
Di samping karena kurangnya bimbingan dan waktu yang berkualitas dari salah satu orangtua, perubahan kondisi perekonomian keluarga akibat perceraian bisa menjadi hambatan bagi anak dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Anak lebih menarik diri dalam pergaulan.Â
Ada rasa tidak nyaman pada diri anak ketika teman-temannya bercerita tentang kondisi keluarganya. Karenanya supaya anak yang lain tidak bertanya tentang kondisi keluarganya maka ia akan menarik diri dalam pergaulan.
3. Timbul perasaan bersalah.
 Beberapa anak merasa bahwa perceraian terjadi karena kenakalannya. Betapa kewalahan ibu dan ayah mendidik dirinya hingga akhirnya mereka bercerai.
4. Tidak mudah percaya pada orang lain.Â
Anak sering merasa dibohongi, apalagi jika sebelumnya ia melihat hubungan ayah dan ibunya yang selama ini kelihatan baik baik saja tiba-tiba bercerai. Sering merasa dibohongi membuat anak sulit beradaptasi dan membina relasi dengan orang lain.Â
5. Anak merasa bingung dalam menempatkan diri.Â
Dalam beberapa kasus, orangtua menunjukkan rasa permusuhan satu dengan yang lain di depan anak. Akibatnya anak bingung harus 'membela' siapa karena pada dasarnya ia sayang pada kedua orangtuanya.
Selain di atas, masih banyak lagi dampak buruk perceraian orangtua bagi anak.Â
Berkaitan dengan masalah Dino, sekolah berusaha menghubungi kedua orangtua Dino secara terpisah. Untungnya keduanya kooperatif dan mau menyingkirkan rasa ego mereka untuk mulai menghubungi Dino, meski tetap tidak mau bertemu secara langsungÂ
Sedikit demi sedikit akhirnya Dino mulai mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya, meski hanya berupa saling berkirim kabar.Â
Setiap dari kita tidak ada yang menginginkan perceraian. Namun jika hal tersebut harus menjadi pilihan, anak sebagai pihak yang paling tidak berdaya dan terkena dampaknya harus tetap mendapatkan perhatian. Baik perhatian berupa kasih sayang maupun biaya hidup.Â
Sebab sesudah perceraian terjadi, akan ada yang namanya mantan istri maupun mantan suami. Namun mantan anak..? Itu tidak akan pernah ada.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H