Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Galak Gampil (Sebuah Cerpen)

1 Mei 2023   07:48 Diperbarui: 1 Mei 2023   07:51 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maghrib hampir menjelang. Tiga anak kecil masih berkutat dengan alat permainannya di serambi depan. 

Main gadget. Apa lagi? Jika dulu bermain identik dengan berlarian ke sana kemari, sekarang bermain adalah duduk diam dengan gadget di tangan.

Permainan di layar tampak demikian seru. Mata ketiganya tak henti menatap layar yang menyajikan gambar berwarna-warni.

"Aku nyilih," kata salah seorang di antara mereka.
Ya, ada tiga anak , tapi gadget cuma dua. Pastinya salah satu hanya jadi penonton atau syukur-syukur jika dipinjami.

"Nih..," kata pemilik gadget pada temannya.
Dengan sigap si peminjam meraih gadget lalu memainkan permainan yang sama dengan gerakan jemari yang tak kalah lincah.

"Belum dibelikan HP, Yan?" tanya anak pertama.
Si peminjam tadi, Yayan, cuma menggeleng.
Sambil memusatkan konsentrasi pada koordinasi antara mata dan jemarinya. Permainan semakin seru.

Anak bermain gadget, sumber gambar: Manado Post
Anak bermain gadget, sumber gambar: Manado Post

"Galak gampil mu dapat berapa?"
"Tujuh ratus lima puluh ribu.. ," jawab Yayan
"Hah...? Banyak sekali? Mbok beli HP?" tanya temannya lagi heran.
Yayan  menghela nafas. Matanya tak lepas dari layar permainannya.

"Belum boleh sama ibuk ku Don,..,"
"Lha kenapa?"
"Masih kurang katanya,"
"Iya sih, kata Masku kira - kira satu juta seratus sudah dapat HP bagus," jawab Doni, si penanya sok tahu.

"Besok bulikku datang dari Surabaya..biasanya ngasih galak gampil banyak. Mudah-mudahan bisa untuk tambahan beli HP..," tambah Yayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun