Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Berdiferensiasi, Karena Siswa Dilahirkan dengan Potensi yang Berbeda

2 April 2023   19:48 Diperbarui: 2 April 2023   19:57 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa belajar di kelas, dokumentasi pribadi

Bel tanda pembelajaran berakhir berbunyi. Bergegas saya meninggalkan kelas tujuh A karena ada jam mengajar di kelas lain. Baru keluar dari kelas tiba-tiba seorang siswa memanggil nama saya.

"Maaf Bu, mohon waktunya sebentar,"

Saya langsung berhenti. "Ada apa, Zaki?" tanya saya. 

Zaki adalah satu siswa saya yang sedikit pemalu, tapi rajin bertanya secara pribadi jika ada kesulitan. Ya, ada siswa yang berani bertanya di kelas ada pula yang lebih suka mendatangi meja saya.

"Saya boleh menunjukkan sesuatu di Hp, Bu?" tanya Zaki lagi.

"Oh, boleh, apa itu?"

Saya segera duduk di kursi yang ada tak jauh dari situ demikian pula Zaki. Zaki sibuk membuka Hp nya sebentar lalu menunjukkan pada saya.

Tiktok? Pikir saya heran.

Zaki membuka video tiktok tersebut lalu menunjukkan pada saya

"Apakah Ibu bisa membuat seperti ini? Saya suka belajar memakai ini.." kata Zaki serius.

Tiktok tersebut berisi petunjuk cara melakukan translasi (pergeseran) dan refleksi (pencerminan)  bangun geometri. Materi yang sedang kami pelajari dalam minggu- minggu ini.

Ah.., tiba-tiba saya tersadar. Di materi terakhir ini yaitu melukis garis, sudut juga transformasi Zaki sering sekali bertanya. Kelihatannya ia mengalami kesulitan ketika kami praktik bersama di kelas. Dan dari pembicaraan hari itu saya mengambil kesimpulan bahwa Zaki lebih bisa memahami materi transformasi geometri yang disajikan lewat video daripada langsung praktik bersama.

Pembicaraan kami akhiri karena saya harus segera masuk kelas berikutnya.

"Nanti kita lanjutkan ya Zaki?" kata saya. Zaki tersenyum dan mengangguk lalu berlari masuk kelasnya.

***

Di atas adalah sebuah gambaran bahwa kondisi siswa di kelas sangat beragam, baik kemampuan maupun gaya belajarnya. Ada siswa yang cepat menerima materi dengan metode A, namun ada pula yang lebih cepat menerima dengan metode selain A. Nah, ini yang kadang luput dari perhatian guru termasuk saya.

Berkaitan dengan keragaman siswa inilah maka guru  perlu melakukan pembelajaran berdiferensiasi dalam kelas.

Tentang Pembelajaran Berdiferensiasi

Siswa belajar di kelas, dokumentasi pribadi
Siswa belajar di kelas, dokumentasi pribadi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah teknik pembelajaran di mana guru menggunakan berbagai metode untuk memenuhi kebutuhan individual setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kebutuhan tersebut dapat berupa pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran.

Pembelajaran berdiferensiasi selaras  dengan Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar di mana siswa diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.

Agar pembelajaran berdiferensiasi bisa terlaksana dengan baik ada beberapa hal yang harus dilakukan guru, di antaranya adalah:

1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar yang meliputi  kesiapan belajar, minat belajar, dan gaya belajar siswa. Ini bisa dilakukan bersama guru BK. Tehniknya bisa melalui wawancara, observasi,  menggunakan angket dan lain-lain.

2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan yang sudah diperoleh. 

3. Mengevaluasi dan refleksi pembelajaran yang sudah berlangsung untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

Ada tiga macam pembelajaran berdiferensiasi yang bisa diterapkan di dalam kelas, yaitu:

1.     Direfensiasi Konten

Dalam pembelajaran berdiferensiasi konten, guru perlu membuat konten yang beraneka ragam sehingga menarik minat belajar siswa. Sebagai contoh saat pembelajaran statistika guna mencari nilai mean, median dan modus, materi bisa dikaitkan dengan dunia olah raga, dunia kuliner atau bahkan seni.

2.     Diferensiasi Proses

Dalam pembelajaran berdiferensiasi proses,  materi diberikan dengan berbagai cara .  Diferensiasi proses erat kaitannya dengan perbedaan gaya belajar siswa.

Pada dasarnya ada tiga kelompok gaya belajar siswa di kelas yaitu audio ( mengandalkan pendengaran), visual (mengandalkan penglihatan) dan kinestetik (mengandalkan gerakan fisik).

Siswa yang memiliki gaya belajar berbeda tentunya memerlukan proses belajar yang berbeda.

Sebagai contoh masalah Zaki di atas. Menurut hasil pemetaan, mayoritas siswa di kelas Zaki memiliki gaya belajar kinestetik. Karena itu dalam pembelajaran saya langsung mengajak mereka praktik bersama-sama.

Praktik dalam pembelajaran matematika, dokumentasi pribadi
Praktik dalam pembelajaran matematika, dokumentasi pribadi

Tapi rupanya Zaki berbeda, ia harus melihat tutorial dulu baru mempraktikkannya sendiri. Tentunya untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan sedikit perubahan strategi dalam pembelajaran yang sudah dilakukan.

3.     Diferensiasi produk

Produk adalah hasil pekerjaan yang harus dikumpulkan siswa.

Agar siswa bisa belajar maksimal sesuai dengan bakat dan keinginannya produk bisa dikumpulkan dalam bentuk yang berbeda. Sebagai contoh saya pernah meminta siswa mengumpulkan produk hasil pembelajaran matematika dalam bentuk power point, poster, podcast ataupun video.

Sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi sudah sering dilakukan guru di dalam kelas. Bukankah jika siswa tidak bisa dijelaskan dengan metode satu kita akan mencoba  menggunakan metode yang lain?

Pernah suatu saat siswa saya kurang memahami perkalian bentuk aljabar ketika materi disajikan dalam bentuk perkalian distributif biasa. Strategi langsung saya ubah dengan menyajikan perkalian aljabar dengan menggunakan ubin aljabar, dan siswa langsung mengerti.

Ada banyak tantangan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Yang paling terasa adalah agak rumit dalam persiapannya. Hal tersebut bisa diatasi dengan kolaborasi guru mapel dalam  menyusun strategi pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai.

Berkaca dari  hal tersebut penting bagi guru untuk  terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya.  Sharing, tukar pengalaman dan saling menimba ilmu bisa dilakukan secara langsung maupun lewat  Platform Merdeka Mengajar.

Merdeka mengajar, Sumber gambar: Kemdikbud.go.id
Merdeka mengajar, Sumber gambar: Kemdikbud.go.id

Akhirnya izinkan di akhir tulisan ini saya menuliskan kembali salah satu filosofi pendidkan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu "among". Among berarti guru harus dapat menuntun siswa untuk berkembang sesuai dengan kodratnya.

Ya, setiap siswa dilahirkan dengan potensi yang berbeda. Karenanya menjadi tugas guru untuk  menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada siswa, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan mengembangkan potensi mereka.

Majulah pendidikan Indonesia dan salam edukasi:)

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun