Kenyataan yang menyedihkan. Makam bapak sendiri sampai hilang!.
Anak macam apa kami ini, sesalku.Â
Lelah mencari kamipun berhenti. Dalam jarak antara beberapa nisan kami duduk terpekur dalam diam.Â
Doa-doa mulai kami langitkan. Meski makam bapak tak ditemukan bukankah Allah maha mendengar semua doa?Â
Selesai berdoa mataku mulai membasah. Rasa sesal kembali menelusup dalam hati.
Sungguh rasa berdosa ini selalu muncul  sejak makam bapak tak ditemukan.
Bapak, maafkan kami.. betapa  kami tak bisa hanya  sekedar untuk  merawat makam bapak.
Diam-diam  kuamati Mas yang masih khusyuk dalam doanya.
Mas tampak semakin tua. Guratan-guratan  usia mulai menghiasi wajahnya. Beberapa rambut putih mulai bermunculan tak ubahnya diriku.
Ketika Mas mengusap wajahnya sebagai tanda selesai berdoa, aku segera berdiri  untuk segera meninggalkan makam.
Tapi entah mengapa seakan ada yang menahan langkah kakiku. Seperti ada yang mencegahku meninggalkan area pemakaman.
 "Jangan pulang dulu.., cari lagi..," bisik hatiku.