Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Kayutangan yang Penuh Kenangan

25 Desember 2022   15:24 Diperbarui: 25 Desember 2022   16:44 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teras Heritage, dokumentasi pribadi 

Pagi ini cuaca agak mendung di kota Malang. Lalu lintas tak begitu ramai.

Tentu saja,  ini adalah hari pertama libur akhir semester, tidak ada anak-anak yang berangkat ke sekolah seperti biasanya. 

Vario saya berjalan pelan. Nyaman sekali tidak dikejar-kejar jam seperti biasanya. Dari Jalan Kawi sepeda terus berjalan ke Talun. Sampai di perempatan Alun-alun Merdeka sepeda belok ke kiri ke arah  Kayutangan. 

Berkendara sepanjang Kayutangan membuat mata dimanjakan dengan  berbagai bangunan tua yang terjaga keasliannya. 

Gereja Kayutangan, Sumber gambar: Merdeka.com
Gereja Kayutangan, Sumber gambar: Merdeka.com

 Gereja Katolik Hati Kudus Yesus  yang populer dengan nama Gereja Kayutangan berdiri dengan cantik di seberang jalan.

Gereja ini memiliki gaya arsitektur gothic yang begitu unik.
Hingga saat ini bangunan gereja masih berfungsi sebagai tempat ibadah umat Katolik. 

Di depan gereja terdapat Toko Oen. Sebuah  restoran yang memiliki gaya klasik Belanda di setiap sudut bangunan juga koki dan pelayannya. 

Toko Oen, sumber gambar : Kumparan 
Toko Oen, sumber gambar : Kumparan 

Toko Oen pernah menjadi tempat para peserta kongres KNIP beristirahat makan siang saat kongres KNIP tanggal  25 Februari 1947.

Ada juga tugu jam penunjuk arah di pertigaan Celaket di kawasan jl J.A Suprapto, Jl. Brigjen Slamet Riyadi dan Jl. Basuki Rahmat. Tugu ini berperan sebagai jam kota dan papan penunjuk arah.

Jam penunjuk arah, Sumber gambar: terakota.id
Jam penunjuk arah, Sumber gambar: terakota.id

Di depan tugu tersebut terdapat bangunan tua PLN. 

Bangunan ini memiliki beberapa ruang bawah tanah sebagai tempat berlindung atau menyelamatkan dan melindungi alat-alat vital listrik, dari perang dunia ke-II.

Lagu God Bless, dokumentasi pribadi 
Lagu God Bless, dokumentasi pribadi 

Sepeda saya terus melaju, sampai di depan dealer sepeda motor hentakan musik tiba tiba memaksa saya berhenti. 

Suara penyanyi yang mantap, diiringi suara musik yang sangat cetar sungguh sangat menyita perhatian saya.
Lagu Semut Hitam dari God Bless dibawakan demikian rancak.

Beberapa pengendara sepeda juga berhenti seperti saya. Sambil manggut- manggut mengikuti hentakan irama kami turun dari sepeda dan berdiri di trotoar 

Lagu berganti. Raungan gitar listrik ditambah hentakan drum yang mengiringi sebuah lagu yang lain membuat ingatan kembali terlempar ke masa lalu. Saat di mana God Bless beberapa kali konser di kota Malang dan kami heboh membicarakannya. 

Apalagi tatkala Achmad Albar datang ke kota Malang , teman saya ikut nyanggong di daerah Embong Arab karena kabarnya Achmad Albar mau mampir sana. He..he...

Mendengarkan lagu God Bless selalu mengingatkan saya pada adik. Ya, kami dulu sering ngopi bareng sambil mendengarkan lagu bersama, dan God Bless salah satu yang kami gemari.

Dua lagu selesai. Yang menonton semakin banyak. Beberapa menyempatkan diri memesan lontong bahkan mungkin  juga ngopi di Teras Heritage, tempat makan yang tidak jauh dari situ.

Teras Heritage, dokumentasi pribadi 
Teras Heritage, dokumentasi pribadi 

Menginjak lagu berikutnya cepat- cepat saya ambil sepeda. Wah, bisa kepanjer ini. Kalau dengar lagu enak bisa lupa waktu.

Sepeda kembali melaju. Tidak jauh dari tempat pertama, saya berhenti lagi. 

Kali ini lagu-lagu Utha Likumahua yang didendangkan oleh sebuah  grup band membuat ingatan kembali salto ke masa lalu, hingga tak terasa jadi ikut bersenandung mengikuti reffrainnya.

Bersama bayanganmu kasih
Aku mencoba berdiri dan melangkah lagi...

 

Lagu Utha Likumahua, dokumentasi pribadi 
Lagu Utha Likumahua, dokumentasi pribadi 

Ingatan saya kembali ke masa SMA di mana saat pulang sekolah saya bersama teman teman selalu  berjalan kaki melalui Kayutangan.

Lagu-lagu terus mengalun manis. Beberapa penonton ada yang berdiri seperti saya, sementara  yang duduk juga banyak. 

Ya, sejak pembangunan Kayutangan Heritage dilaksanakan ada banyak kursi yang berjajar sepanjang Kayutangan.

Kursi dan lampu yang ditata apik, juga banyaknya bangunan kuno  membuat Kayutangan sering dipakai sebagai lokasi foto prewedding bagi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan.

Kayutangan banyak dipakai sebagai lokasi foto, Sumber gambar: Kumparan 
Kayutangan banyak dipakai sebagai lokasi foto, Sumber gambar: Kumparan 

Ketika langit semakin gelap rintik gerimis mulai turun. Ah, baru ingat.. saya tidak membawa jas hujan pagi ini. Bergegas saya mengambil sepeda di parkiran untuk  melanjutkan perjalanan pulang.

Kendaraan mulai ramai, musik terus mengalun, dan Kayutangan terus berbenah. Jalan-jalan terus dipercantik dan geliat ekonomi masyarakat kampung sekitarnya semakin terasa.

Kayutangan melalui setiap sudutnya seolah tak henti membangkitkan kenangan dan menciptakan kenangan.

Kontak saya putar. Tapi sebelum mesin sepeda saya hidupkan, sebuah pesan whatsapp saya kirimkan buat adik. 

Ayo.. kapan  ngopi nang Kayutangan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun