Meski langit agak mendung, sore itu saya berangkat menuju MCC ( Malang Creative Centre) yang berlokasi di Jl. Jl A.Yani untuk melihat pameran yang diadakan  oleh  mahasiswa DKV Universitas Negeri Malang .Â
Acara tahunan ini bertajuk Posko Visual, dan di tahun 2022 ini mengambil tema Memorabilia. Yang disajikan dalam pameran adalah karya mahasiswa angkatan 2019.
masa kecil yang penuh cerita.
Memorabilia berarti benda ataupun segala sesuatu yang membawa kita pada kenangan. Sesuai dengan namanya pameran ini mengajak pengunjung untuk sejenak mengingatPameran pertama dengan tema  Memorabilia  diadakan di gedung B1 Universitas Negeri Malang di bulan Oktober. Berbeda dengan yang pertama, pameran kali ini lebih banyak menampilkan karya , lebih variatif dan interaktif.
Memasuki ruang pamerang di gedung MCC lantai tiga nuansa masa lalu langsung menyergap kedatangan kami. Â Kaset yang masih menggunakan pita berjejer di meja panjang. Sampulnya langsung mengingatkan kita ke era tahun 70 sampai 80 an. Â Ada lagu dangdut, Â keroncong,pop juga rock.
Tak lupa kehadiran radio kotak hitam di meja sebelah kanan membuat suasana jadul kian terasa.
Berjalan ke arah kanan kita langsung disambut dengan deretan komputer yang ditata persis saat era PS mencapai kejayaannya. Â Ya, Â saat dimana banyak anak kecil atau remaja pergi berlama-lama ke rental PS untuk bermain PS sepak bola.
Semakin ke dalam ruang pameran mata dimanjakan dengan berbagai karya visual yang cantik dan berisi. Â Mengapa saya katakan berisi? Â Tiap karya baik dua dimensi maupun tiga dimensi sukses membawa penontonnya berkelana ke masa lalu.
Sebutlah karya Izzadin Akbar Gumilang yang  berjudul Shining Marble yang menceritakan tentang permainan kelereng.  Betapa keahlian bermain kelereng menjadi kebanggaan di masa kita kecil.
Atau karya Ervaldo Tri Samuel Sinaga, yang berjudul My Idola bercerita tentang pemain basket idolanya dari masa ke masa.
Karya Yostyadi Bisomo yang berjudul Comeback to Reality mengajak kita meninggalkan gadget kita sejenak untuk kembali ke dunia nyata
Berbagai permainan interaktif juga disediakan seperti kwartet, Â monopoli juga pencarian harta karun. Â Pengunjung bisa langsung mencoba karena untuk memainkannya kita diperbolehkan duduk di atas karpet atau kursi yang di sediakan meski tidak boleh terlalu lama. Â
Selain mainan hal lain yang tak luput dari perhatian peserta pameran adalah film dan jajanan masa kecil. Hal tersebut tampak pada karya Sarah Aulia Rahman yang menggambarkan rumah Nobita yang begitu nyaman, ataupun karya Athaya Salsabila yang berjudul Helloween Movie, juga karya Kholifatul Farida yang berjudul Jajanan Favorite.
Karya di masa kecil diabadikan oleh Satrio Wahyu Ramadhan dalam karyanya yang berjudul Character Design. Karya ini berbentuk buku kecil berisi sketsa gambar binatang yang begitu sederhana di masa kecil, dan seiring dengan perkembangan, karyanya semakin bagus dan kompleks.
Hal lain yang sangat menarik adalah  desain kamar sederhana dengan hiasan burung bangau origami yang ditata demikian apik.
Kamar yang sederhana namun terasa demikian hangat, karena hiasan maupun benda-benda di kamar tersebut membuat kenangan masa kecil lagsung tergambar jelas dalam ingatan.
Pindah ke bagian lain mata langsung dimanjakan dengan tayangan berbagai macam mainan di masa kecil. Â Ada kelereng, Â perahu-perahuan, Â mainan bola bekel dan terus berlanjut hingga permainan PS dengan segala trik untuk ngecheat. Â Sangat menarik.Â
Masa kecil selalu indah untuk dikenang. Â Di dalamnya hanya ada bermain dan bermain karena dalam bermain itu hakekatnya anak-anak banyak belajar.
Indahnya masa kecil membuat kita kadang enggan untuk meninggalkannya.
Hal itu jelas tergambar dalam  karya Irham  yang terdiri atas tiga bagian, dimana judul dari masing-masing bagian adalah Children, Still Chidren dan Forever Children?
Aha...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H