Bapak cuma tersenyum, "Gak apa-apa, biar mereka cepat bisa baca" jawab bapak.Â
Mulailah saat itu majalah Bobo setia mendatangi kami setiap Kamis sore. Karena belum bisa membaca, kami selalu menunggu bapak membacakan cerita, terutama cergamnya.
Dari cerita bapak kami mulai kenal dengan Bobo yang pintar dan sayang adik-adiknya, Coreng yang suka menggambar, Upik yang suka mainan bebek, Â Bibi Titi Teliti yang cerewet dan sangat perfeksionis juga Bibi Tutup Pintu yang tidak suka melihat pintu rumah terbuka.
Karakter yang muncul dari keluarga Bobo begitu khas dan terasa sangat akrab bagi kami. Bapak juga sering mengambil Bobo sebagai contoh saat memberikan nasehat pada kami.Â
Ketika kami tidak suka makan wortel, bapak mengatakan, "Kenapa Bobo tidak pakai kacamata? Karena dia suka makan wortel jadi matanya sehat."
Atau ketika kami malas gosok gigi, bapak berkata, "Gigi Bobo sangat putih meski cuma dua, kenapa? Karena dia rajin gosok gigi."
Akibatnya kami rajin makan sayur begitu juga gosok gigi, hehehe.
Tokoh yang lain juga membuat kami makin jatuh hati ialah Bona gajah kecil berbelalai panjang yang suka berkorban demi kebahagiaan teman-temannya. Rong-rong kucing putih yang jadi sahabat Bona. Nirmala yang baik hati, Oki yang usil, Juwita yang suka menolong dan Si Sirik yang selalu berhasil dikalahkan Juwita.
Kehadiran majalah Bobo menjadi sesuatu yang sangat kami tunggu-tunggu.
"Bobonya datang," suara ibuk yang memberitahu kami saat Bobo datang langsung membuyarkan konsentrasi bermain kami.Â
Kami segera berebut Bobo, membuka-buka untuk melihat gambarnya lalu membawanya ke bapak. Dengan senang hati bapak menghentikan kegiatannya lalu mulai bercerita.