Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

"Memorabilia", Karena Ada Ribuan Kenangan di Masa Kecil

2 Oktober 2022   18:16 Diperbarui: 6 Oktober 2022   04:30 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Let's Play, karya Hanun Sabihis, dok. pribadi

Di hari Sabtu malam saya berkesempatan melihat pameran yang diadakan di UM gedung B1. Pameran yang bertajuk Posko Memori ini diadakan oleh program studi Desain Komunikasi Visual serta diikuti oleh mahasiswa dan umum. 

Suasana tidak begitu ramai namun menyenangkan. Mungkin karena durasi pameran yang dua hari membuat yang datang silih berganti sehingga tidak sampai terjadi kerumunan. 

Hal yang patut diapresiasi. Dengan pengunjung yang tak terlalu padat kami bisa berlama-lama menikmati karya yang disajikan dan sesekali bertanya pada yang stand by di sana.

Dokumentasi posko memori
Dokumentasi posko memori
Ada sekitar 80 karya yang disajikan dalam berbagai tehnik. Ada yang berupa kolase, digital, sketsa tangan ataupun karya permainan yang mengingatkan kita pada masa kecil.

Terlempar ke masa lalu. Itu yang sangat terasa tatkala kami menikmati karya itu satu persatu. Tema Memorabilia yang diusung benar-benar sukses membawa para penikmatnya berkelana kembali ke masa kecil.

Back to the Past karya M.Luthfi Baharudin, dok. posko memori
Back to the Past karya M.Luthfi Baharudin, dok. posko memori
Banyak hal yang diangkat oleh peserta tentang masa kecil dalam karya mereka. Pada umumnya gambaran tentang masa kecil yang bisa dilihat dari karya-karya yang ditampilkan adalah keceriaan, petualangan dan kenangan bersama orang tercinta.

Tentang indahnya kenangan masa kecil bisa tampak pada karya Back To The Past yang mengungkapkan bahwa masa kecil merupakan masa masa yang begitu menarik untuk diingat dan diceritakan kembali. 

Menceritakannya kembali membuat kita sejenak melupakan segala masalah yang timbul di masa dewasa., atau juga karya berjudul The Mirror yang menceritakan orang gadis berumur 20 tahun yang menemukan cermin ajaib dan mempertemukannya dengan dirinya saat kecil. Bayangan itu lalu tersenyum dan melambaikan tangannya.

The Mirror,karya Khurotul Uyun, dok. posko memori
The Mirror,karya Khurotul Uyun, dok. posko memori
Masa kecil adalah masa penuh petualangan. Lewat bermain mereka juga belajar, seperti diungkapkan dalam karya Let's We See The World: Dunia anak yang penuh petualangan dan rasa ingin tahu.

Dream Big: Dunia anak selalu menyimpan impian-impian besar. Seperti ingin jadi astronaut misalnya.

Let's We See The World , karya Azharya Salsabila, dok. posko memori
Let's We See The World , karya Azharya Salsabila, dok. posko memori
Petualangan dan permainan adalah hal yang sangat akrab dengan masa kecil. Seperti terungkap pada karya Di Kala Minggu Pagi. 

Karya yang bercerita tentang pandangan anak berusia 8 tahun tentang koran di hari Minggu. 

Saat itu di mana yang lain sibuk membaca koran Minggu si anak kecil juga ikut sibuk. Ya, sibuk melihat koran. Melihat teka teki silang yang tak mungkin dimenangkannya.

Di Kala Minggu Pagi, karya Carevi Rizieq Azamy, dok. posko memori
Di Kala Minggu Pagi, karya Carevi Rizieq Azamy, dok. posko memori
Karena jiwa petualangan anak-anak yang begitu tinggi tak jarang orang tua memberikan banyak larangan. Namun dalam memberikan larangan orang tua harus berhati hati karena dari apa yang dilihat, mereka akan mengerjakan. 

Hal tersebut diungkapkan dalam karya What They See, They Do It : Anak adalah peniru ulung, apa yang dilakukan orang tua akan terekam dalam memori dan ditiru oleh anak.

What They See, They Do It, karya Aisya 'Alma, dok. posko memori
What They See, They Do It, karya Aisya 'Alma, dok. posko memori
Dalam pameran ini juga diungkapkan berbagai macam permainan, jajanan kenangan ataupun kartun yang disukai di masa kecil.

Kegembiraan bermain di masa kecil terungkap pada karya Let's Play , di dalamnya ada anak kecil bermain engklek dengan wajah ceria. Keceriaannya dilambangkan dengan nuansa warna-warni.

Yang tak kalah menarik adalah karya Wake Up . Karya ini mengambil tema Jaran Kepang Jathilan. Berkisah tentang mainan jaran kepang di masa kecil. Karya ini berusaha mengemas budaya lokal dengan gaya komik Jejepangan

Let's Play, karya Hanun Sabihis, dok. pribadi
Let's Play, karya Hanun Sabihis, dok. pribadi
Wake Up karya Hidayat, dok.posko memori
Wake Up karya Hidayat, dok.posko memori
Kucing Oranye
menampilkan mainan yang biasanya ada di bagian depan krinyo atau pensil warna-warni. Jika plastik penutup digerakkan maka gambar kucing akan ikut bergerak. Jadi kesannya kucingr sedang berlari.

Ada juga permainan ular tangga. Ah, permainan yang sangat akrab dengan anak-anak. Hanya saja pada pameran ini ular diganti sulur sementara tangga diganti bunga. 

Kucing Oranye, karya Muhammad Azzam Choironi, dok. posko memori
Kucing Oranye, karya Muhammad Azzam Choironi, dok. posko memori
Kenangan tentang pernak-pernik masa kecil terungkap pada karya Launch the Memory, yang mengambil gambar permen berbentuk kaki yang pernah hits. 

Ada juga Our Treasure yang bercerita bahwa setiap anak mempunyai harta karun, bisa mainan, surat, foto maupun ingatan dengan orang yang sangat berarti , seperti halnya juga gambar perangko kartun anak, ada Doraemon, Sin chan, Chibi Maruko Chan, Power Puff Girl dan yang lain.

Our Treasure, karya Nadina Anggrika Firdaus, dok. pribadi
Our Treasure, karya Nadina Anggrika Firdaus, dok. pribadi
Kenangan bersama orang tercinta juga diungkapkan dengan indah pada karya Comboran yang bercerita di masa kecil ketika diajak ayah berjalan-jalan di Comboran (pasar loak di kota Malang). Di sana mereka melihat cincin berlama-lama dan makan es tape.

Comboran, karya Ananda R Kusumawardani, dok. posko memori
Comboran, karya Ananda R Kusumawardani, dok. posko memori
Peaceful days Back in the Past karya Iqma Aprilia Putri juga menceritakan kenangan bersama orang tercinta. 

Tatkala kita sering minta digendong, dan di gendong di punggung adalah sesuatu yang sangat membahagiakan karena kita bisa melihat banyak segala sesuatu yang sebelumnya tak bisa kita lihat.

Berbagai serpihan kenangan akhirnya akan membentuk cerita hidup yang berwarna-warni seperti tertuang dalam karya Journey.

Journey, karya farhan Choirun Nada, dok. pribadi
Journey, karya farhan Choirun Nada, dok. pribadi
Sebenarnya masih banyak karya menarik yang lain. Kreatifitas peserta benar-benar patut diacungi jempol. Caption yang ditampilkan seolah memberi nyawa bagi karya yang disajikan.

Ya, karya-karya yang dipamerkan Memorabilia sukses membawa pengamatnya sejenak bernostalgia mengingat masa lalu yang penuh kenangan .

Time Flies but Memories Don't, karya: Michell Brella Tamarizta, dok. pribadi
Time Flies but Memories Don't, karya: Michell Brella Tamarizta, dok. pribadi
Waktu bisa berlalu, namun kenangan akan tetap abadi seiring berjalannya sang waktu. 

Time Flies but Memories Don't.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun