Siang itu sambil menunggu sholat Dhuhur berjamaah ada kegiatan khusus siswa putri. Â Selain membawa mukena mereka juga membawa beberapa perlengkapan. Â Kain mori, Â daun pepaya , miana atau yang lain, juga palu kecil.
Palu? Aha,ternyata dari keterangan ibu guru hari itu siswa putri akan diajak membuat batik dengan teknik ecoprint.
Apakah ecoprint itu?
Ecoprint adalah hasil perkembangan dari teknik ecodyeing, yaitu pewarnaan kain dari alam.  Pada tahun 2006 Indiana Flint  mengembangkannya  teknik ecoprint ini dengan cara menempelkan tanaman yang mempunyai pigmen warna dan menempelkannya pada kain yang berserat alami.
Ada dua teknik pewarnaan yang dikenal dalam ecoprint yaitu teknik  steaming dan teknik pounding.
Tahap pembuatan batik ecoprint dengan teknik steaming:
1. Pembersihan kain dari kotoran dengan dicuci.
2. Siapkan pewarna dari bahan alam dengan merendam dedaunan dalam larutan cuka. Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan zat warna pada dedaunan dengan maksimal.
3. Bentangkan kain yang sudah dibersihkan dan tempelkan dedaunan yang sudah direndam dengan larutan cuka.
4. Gulung kain pada pipa paralon lalu ikat dengan tali.
5. Kukus kain yang telah diikat selama 2 jam agar pigmen keluar sempurna sehingga warna yang dihasilkan lebih cantik.
6. Setelah dua jam kain diangkat. Jika sudah kering siap digunakan.
1. Pembersihan kain dengan dicuci.
2. Pewarnaan dengan cara menata daun di kain, Â lalu dipukul-pukul untuk mengeluarkan getahnya.
3. Sesudah gambar muncul di kain, cuci kain dengan air kapur supaya warnanya awet
4. Keringkan kain dengan dijemur di bawah sinar matahari.
Kegiatan siswa siang itu berjalan menarik. Â Ada dua narasumber yang mengajar dan mendampingi siswa.Â
Setelah paparan materi dari para narasumber, siswa langsung praktek bersama dengan bimbingan beliau berdua. Oh ya, Â beliau berdua adalah alumni lulusan tahun 1981, sehingga kegiatan ini adalah juga salah satu wujud kerjasama sekolah dengan alumni.
Siswa begitu antusias mengikuti arahan kedua narasumber.
Hari itu siswa mempraktekkan pembuatan batik ecoprint dengan teknik pounding.
Kegiatan hari itu ditutup dengan sholat Dhuhur berjamaah. Karena terbatasnya waktu, tugas siswa berikutnya adalah meneruskan proses pencelupan dengan air kapur dan penjemuran batik di rumah. Hasil batik ecoprint akan dibawa kembali ke sekolah di minggu berikutnya.
- Lebih ramah lingkungan, karena menggunakan bahan-bahan alami, jadi tidak menghasilkan limbah kimia.
- Bisa diterapkan pada berbagai produk pakaian maupun perlengkapan rumah tangga seperti; scraft, serbet, pashmina, sprei, kerudung, payung, juga tas.
- Menghasilkan motif yang unik dan berbeda-beda. Motif batik ecoprint tergantung pada bentuk  daun sehingga hasilnya pasti berbeda. Hal ini sangat menarik minat konsumen, terutama yang senang dengan keunikan.
Ya, tidak hanya cantik dan unik, Â batik ecoprint ternyata juga memiliki nilai ekonomi yang menarik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI