Santi langsung menggenggam tangan ibuknya. Â Dingin.
"Waduuh, Â ibuk masuk angin ini.. Belum sarapan.., " katanya khawatir. Apalagi keringat dingin mulai muncul di dahi ibuknya.
"Ayo pulang, " ajak Santi.
"Lha kulkasnya? " tolak Mbak Menik.
"Halaah, Â belum tentu dapat.., "
Tanpa menunggu jawaban  Santi menggandeng tangan ibuknya untuk segera pulang.Â
Mbak Menik segera tiduran di sofa. Â Bergegas Santi membuat teh panas untuk diminum ibuknya. Pelan pelan Mbak Menik minum teh lalu kembali memejamkan matanya.
"Dikeroki ya? " kata Santi sambil membawa minyak kayu putih dan uang logam seribuan
"Iya wes, " kata Mbak Menik sambil duduk. Â Pelan-pelan Santi menggosok bahu ibunya lalu mengerok dengan uang logam.
"Nah, Â itu anginnya keluar.., " kata Santi ketika ibunya berkali kali bersendawa.
"Makan ya? " kata Santi ketika Mbak Menik sudah tidak pucat lagi.