Pagi menyapa dengan sinarnya yang lembut. Â Hari ini cuaca kota Malang begitu bersahabat. Â Cerah namun tetap sejuk seperti biasanya. Â
Jalan Ijen tak begitu ramai, Vario kami  berjalan santai.  Ya,  libur kenaikan kelas membuat jalanan tidak sepadat biasanya. Â
Di sebuah perempatan jalan tepat di depan Gereja Katedral kami belok ke kiri. Â Satu tempat yang kami tuju yaitu Monumen Pahlawan TRIP.
Saat kami datang pintu gerbang masih tertutup, Â tentu saja hari masih begitu pagi. Â Tapi sengaja kami memilih pagi hari supaya memotretnya bisa leluasa. Â Tidak terganggu oleh kendaraan atau orang yang lalu lalang.
Pasukan TRIP berasal dari BKR atau Barisan Keamanan Rakyat. Selain BKR saat itu juga dibentuk pasukan BKR Pelajar yang beranggotakan pemuda usia 13-18 tahun.
Ketika tanggal 5 Oktober 1945, BKR berubah namanya menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Â BKR Pelajar dirubah menjadi TKR Pelajar.Kemudian ditahun berikutnya yaitu 1946, TKR Pelajar berubah lagi menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) Pelajar, atau disingkat menjadi TRIP.
Sesudah dibentuk, TRIP Â terdiri dari lima batlayon. Semuanya tergabung dalam Brigade 17 Jawa Timur.
Ketika terjadi Agresi Militer ke I, Â Para prajurit TRIP diberi tugas untuk menjaga pertahanan di dalam Kota Malang.
 Mereka harus berjuang menghadapi tentara Belanda, yang bersenjata lengkap.Â
Para prajurit belia ini, sempat membumi hanguskan Kota Malang, untuk menghadang laju dari pasukan lawan.
Pertempuran heroik menghadang penjajah itu terjadi pada tanggal 31 Juli 1947 di Jalan Salak, Kota Malang, dan kini menjadi Jalan Pahlawan TRIP.
Pada suatu saat bangunan monumen dan makam ini pernah hampir hilang karena hendak digusur menjadi bangunan ruko.
Untunglah pada tahun 2008 silam Pemkot Malang, menetapkan kawasan itu sebagai kawasan cagar budaya, dan bersejarah, sehingga tidak bisa digusur lagi.
Keberadaan monumen dan patung ini bisa menjadi sarana pembelajaran bagi semua, utamanya untuk mengenang dan menghargai jasa pahlawan yang telah mengorbankan nyawa demi kemerdekaan tanah air tercinta.
Bukankah Bung Karno,  proklamator kita pernah berpesan bahwa  bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI