Pagi menyapa dengan sinarnya yang lembut. Â Hari ini cuaca kota Malang begitu bersahabat. Â Cerah namun tetap sejuk seperti biasanya. Â
Jalan Ijen tak begitu ramai, Vario kami  berjalan santai.  Ya,  libur kenaikan kelas membuat jalanan tidak sepadat biasanya. Â
Di sebuah perempatan jalan tepat di depan Gereja Katedral kami belok ke kiri. Â Satu tempat yang kami tuju yaitu Monumen Pahlawan TRIP.
Bangunan bercat hitam ini berlokasi di Jalan Pahlawan TRIP. Â Kehadirannya seolah tenggelam oleh bangunan-bangunan mewah yang ada di sekitarnya. Â Namun begitu mendekat kita akan bisa merasakan nuansa sejarah yang begitu kental di dalamnya. Â
Saat kami datang pintu gerbang masih tertutup, Â tentu saja hari masih begitu pagi. Â Tapi sengaja kami memilih pagi hari supaya memotretnya bisa leluasa. Â Tidak terganggu oleh kendaraan atau orang yang lalu lalang.
pertempuran melawan penjajah Belanda ketika agresi militer I tanggal 31 Juli 1947.Sebuah tulisan "Perjuangan Akan Kuteruskan Sampai Akhir Zaman" terdapat di akhir prasasti,  terasa begitu menggetarkan , memancarkan semangat juang yang  berkobar-kobar.
Di depan pintu gerbang di sebelah kiri tampak relief yang menerangkan bahwa di dalam monumen terdapat makam dari 35 pelajar yang gugur dalamDi bagian dalam bangunan monumen terdapat makam dengan dua nisan putih. Di dalam makam itulah terdapat jenazah 35 Â tentara pelajar yang gugur dalam pertempuran saat itu.Â
Di dinding bagian dalam juga terdapat tulisan-tulisan yang membangkitkan semangat juang. Bahkan di sebelah kanan terdapat prasasti yang berisi tulisan Bung Karno presiden pertama Republik Indonesia. Namun sayangnya kurang jelas di potret, karena kami mengambil gambar dari luar pagar.
Pertempuran  di Jalan Salak
TRIP atau Tentara Republik Indonesia Pelajar dibentuk pada tahun 1946, tepatnya pasca terjadinya pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Â
Pasukan TRIP berasal dari BKR atau Barisan Keamanan Rakyat. Selain BKR saat itu juga dibentuk pasukan BKR Pelajar yang beranggotakan pemuda usia 13-18 tahun.
Ketika tanggal 5 Oktober 1945, BKR berubah namanya menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Â BKR Pelajar dirubah menjadi TKR Pelajar.Kemudian ditahun berikutnya yaitu 1946, TKR Pelajar berubah lagi menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) Pelajar, atau disingkat menjadi TRIP.
Sesudah dibentuk, TRIP Â terdiri dari lima batlayon. Semuanya tergabung dalam Brigade 17 Jawa Timur.
Ketika terjadi Agresi Militer ke I, Â Para prajurit TRIP diberi tugas untuk menjaga pertahanan di dalam Kota Malang.
 Mereka harus berjuang menghadapi tentara Belanda, yang bersenjata lengkap.Â
Para prajurit belia ini, sempat membumi hanguskan Kota Malang, untuk menghadang laju dari pasukan lawan.
Pertempuran heroik menghadang penjajah itu terjadi pada tanggal 31 Juli 1947 di Jalan Salak, Kota Malang, dan kini menjadi Jalan Pahlawan TRIP.
Tidak jauh dari monumen Pahlawan TRIP terdapat Patung TRIP yang berwujud dua orang pejuang, Â yang satu mengenakan celana pendek dan satu mengenakan celana panjang. Posisi patung tepat di tengah perempatan jalan.Berdiri di bawah Patung TRIP kita seolah bisa merasakan aura semangat juang para pelajar saat itu. Â Meski masih begitu muda, Â semangat mereka patut kita teladani bersama.
Pada suatu saat bangunan monumen dan makam ini pernah hampir hilang karena hendak digusur menjadi bangunan ruko.
Untunglah pada tahun 2008 silam Pemkot Malang, menetapkan kawasan itu sebagai kawasan cagar budaya, dan bersejarah, sehingga tidak bisa digusur lagi.
Keberadaan monumen dan patung ini bisa menjadi sarana pembelajaran bagi semua, utamanya untuk mengenang dan menghargai jasa pahlawan yang telah mengorbankan nyawa demi kemerdekaan tanah air tercinta.
Bukankah Bung Karno,  proklamator kita pernah berpesan bahwa  bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H