1. Mengecek apakah siswa paham/tidak, baik terhadap materi tertentu atau semua materi.
 Dalam penggunaan buram ada siswa yang tergolong rapi ada pula yang tidak. Siswa yang rapi biasanya membagi buram  menjadi dua bagian, tiap soal dikerjakan urut dan lengkap, sehingga dengan melihat buram, sudah bisa diketahui bentuk soalnya. Buram seperti ini paling jelas menggambarkan alur logika dan pemahaman siswa terhadap masalah.
Siswa yang kurang rapi buramnya berantakan, namun tak masalah. Paling tidak dari buram seperti ini bisa diketahui siswa bisa melakukan operasi hitung dengan benar atau tidak.
Siswa yang kurang faham biasanya alur pengerjaannya tidak jelas, buramnya terisi sedikit, antara hitungan dan gambar lebih banyak gambarnya.
2. Dari buram juga bisa diketahui siswa mengerjakan soal sendiri atau tidak. Ada siswa yang nilainya bagus dan buramnya penuh, namun tak jarang dijumpai siswa yang nilainya bagus tapi buramnya bersih, alias tidak dipakai. Ataupun jika dipakai hanya sedikiit saja.
Nah, untuk siswa yang kedua perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut.
3. Mengetahui bakat terpendam dalam diri siswa.
 Ini yang paling menarik. Beberapa siswa yang mengalami kebuntuan dalam mengerjakan matematika  menuangkan rasa 'suntuknya'dalam bentuk gambar, puisi, quotes, doa bahkan cerita.
Ya, kertas buram meski tampilannya tampak suram namun ia bisa bercerita tentang kondisi siswa. Apakah di situ ada jawaban runtut , jawaban benar namun acak-acakan, tidak dijawab atau curhat. He.. He..
Intinya melalui kertas buram, sedikit banyak guru bisa mendapat informasi apakah pembelajarannya selama ini bisa dimengerti siswa atau tidak. Dan ini bisa dijadikan masukan untuk perbaikan proses pembelajaran materi berikutnya.