Kakak dan adik saya laki-laki, mereka biasanya dikembar. Sedang saya jelas beda karena perempuan sendiri. Biasanya ibuk yang merancang model baju lebaran saya.
Baju lebaran kami biasanya jadi pas malam takbiran. Kalah dengan para pelanggan. Bahkan kadang di malam takbiran, kami masih memasang kancing dan setrika baju untuk lebaran besok.
Seiring berjalannya waktu usaha jahitan bapak kalah dengan banyaknya toko baju yang berdiri di daerah kami. Orang orang lebih suka membeli baju di toko daripada menjahitkan. Di samping karena modelnya bisa beraneka macam, juga bisa langsung dipakai.
Lambat laun karena jahitan semakin sepi bapak pun beralih ke usaha yang lain. Sejak saat itu tidak ada lagi cerita lembur membuat baju baru menjelang lebaran. Lagipula semakin besar, kami jadi agak malu untuk berbaju baru saat lebaran.
Baju baru bukan hal yang penting saat lebaran. Baju baru hanya menggambarkan kegembiraan kita saat merayakan lebaran.
Namun demikian, cerita tentang masa kecil, lebaran dan baju baru selalu menjadi kenangan indah yang terpateri di hati kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H