Suasana langgar sudah ramai sejak tadi. Â Tidak seperti biasanya malam ini anak- anak kecil dengan ibu-ibu mereka sudah hadir sejak tadi. Â Jerit dan tawa anak-anak membuat suasana gembira demikian terasa. Â Ya, Â malam ini akan diadakan megengan di langgar kampung kami.
Makna megengan
Megengan berasal dari kata megeng yang berarti menahan. Maksudnya menahan diri dari sekarang untuk menyambut datangnya bulan puasa.
Megengan adalah budaya Jawa berkenaan dengan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Megengan biasanya dilaksanakan mulai seminggu atau bahkan sehari sebelum Ramadhan.
Ada tiga ritual dalam megengan yaitu ziarah kubur, Â mandi keramas dan berdoa bersama dan saling meminta maaf dengan membagi-bagikan kue apem pada tetangga.Â
Di kampung kami megengan dilaksanakan dengan membawa makanan biasanya berupa kue ke langgar. Di sana kami bersama- sama membaca tahlil mendoakan arwah keluarga yang sudah meninggal, dan ditutup dengan doa agar diberi kekuatan sehingga bisa melaksanakan ibadah puasa dengan lancar.
Dalam megengan jenis makanan yang selalu ada adalah apem dan pisang. Mengapa demikian? Ternyata ada alasannya.
Apem, Â kue yang berasal dari tepung beras ,terigu, gula, santan dan tape singkong ini mempunyai rasa yang khas dan bentuk yang bermacam-macam. Membuatnya ada yang dipanggang, ada pula yang dikukus. Membuat kue ini harus telaten terutama saat mencetak apem selong, karena harus dicetak satu demi satu.
Di masa saya kecil, saat menjelang bulan puasa aroma apem menebar kemana-mana di kampung. Â Ya, Â hampir tiap rumah membuat kue apem untuk diantar ke tetangga dekat rumah.
Mengapa harus apem? Â Menurut filosofinya apem berasal dari kata afwan (Arab) Â yang artinya maaf. Dengan saling mengantar apem berarti semua saling memohon maaf, membersihkan diri dari perbuatan salah pada sesama sebelum melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.Â
Saat itu saking banyaknya apem di rumah (karena saling ater-ater dengan tetangga), pada dua hari di awal puasa kami selalu takjil dengan apem. Entah apemnya dikukus ulang atau dikolak.
Ada apem, Â selalu ada pisang. Â Kenapa pisang? Â Pisang berasal dari kata pinusunge tiyang gesang. Â Maknanya dalam hidup contohlah pohon pisang.
Jika kita amati, sebelum tanaman pisang berbuah, Â dipotong berapa kalipun ia akan tetap tumbuh. Â Pohon pisang akan mati jika ia sudah berbuah.
Pesan yang terkandung di dalamnya adalah agar kita menjadi manusia yang berguna, memberikan manfaat bagi sesama sebelum kematian menjemput kita.
Di masa sekarang jenis makanan yang dihidangkan dalam megengan semakin beraneka ragam. Tidak hanya apem dan pisang, Â namun juga ada kue-kue pendamping lainnya.
Meski filosofi pisang dan apem sudah mulai dilupakan, Â tapi apem dan pisang selalu hadir dalam megengan.
Di kampung-kampung tradisi ini tetap dilakukan dengan  semangat berbagi pada sesama, misal ditambah dengan saling mengirim berkat (nasi dan aneka lauk).
Melihat perkembangannya bisa jadi di masa mendatang jenis makanan megengan selain pisang dan apem akan terus berubah dan berubah lagi
Atau mungkinkah apem dan pisang akan tergeser dengan yang lain? Â Seperti halnya tahlilan yang dulu selalu disertai 'berkat' berupa nasi dan aneka lauk, Â kini banyak yang menggunakan sembako untuk 'berkat'nya.Â
Selamat megengan dan menyambut datangnya bulan  Ramadhan... :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H