Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Cerita tentang Rosi

9 Maret 2022   18:52 Diperbarui: 9 Maret 2022   18:59 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Qudsfata.com

"Fifi, nanti kalau Bu Danu datang, dosnya kamu bantu angkat ya.. Ibu mau tidur sebentar, " kata Rosi. Matanya begitu lelah.

 "Iya Buk, istirahat saja, " kata Fifi sambil meneruskan pekerjaannya.

Jam empat sore suasana balai RW demikian ramai. Ibu-ibu dengan wajah cerah sudah memenuhi ruangan. Rosi sudah stand by dekat konsumsi membantu ibu-ibu pengurus PKK yang lain.

Kelelahan sudah tak membekas di wajahnya. Rupanya tidur siang sebentar tadi membuat penampilannya kembali segar.

Hari ini PKK mengundang narasumber dari luar yang akan membahas masalah dengan topik menjaga keutuhan rumah tangga. Narasumber sengaja dipilih sesama perempuan, supaya akrab.

Sang narasumber kali ini membuat pertemuan terasa demikian gayeng. Ya, celetukannya sering lucu sehingga mengundang tawa.

"Ibu-ibu, jaga suami baik-baik. Perlakukan dengan baik, sabar.. kalau ibu-ibu tidak bisa baik sama suami, suami ibu akan sering ngopi di tempat lain. Katut janda yang jualan kopi di warung depan., "

Serempak ibu-ibu tertawa. Bercanda. Janda di warung depan memang tak pernah ada. Tapi cukup sebagai gambaran bahwa godaan bagi para suami ada di mana mana.

"Waduuh, bahaya itu..! " sebuah celetukan membuat tawa makin riuh. Semua yang hadir tertawa. Apalagi ditimpali candaan Mbak Pras, yang kadang-kadang agak kurang senonoh.

Tawa dan canda semakin ramai. 

Akan halnya Rosi, tiba- tiba ia merasa demikian terasing. Ada yang terasa sakit dalam hatinya. Ternyata status janda yang disandangnya tidak hanya sering dianggap sebelah mata oleh para laki-laki. Tapi juga oleh para perempuan, kaumnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun